Park Dandan terkejut dengan nada suara Presdir yang berbeda lagi.
"Mengapa selama ini kau seperti orang bodoh, tak mengatakan ada apa-apa di antara kita?!"
Park Dandan tahu ingatan Presdir sudah kembali. Ia berlari dengan sangat emosional ingin bertemu kekasihnya lagi.
Manager Jo menghubungi Madam Wang bahwa ingatan Presdir sudah kembali. Semua sudah berakhir.
Madam Wang juga ikut panik. Ia bergegas pergi dari sana.
Presdir pun bersegera ingin bertemu Park Dandan kembali. Ia ingat bagaimana ketika lupa ingatan, Park Dandan di dekat pohon mereka pernah bertanya, apa ia ingat sesuatu. Ia malah memarahi Park Dandan saat itu. Dan tak sekali ia memarahi Park Dandan. Hatinya jadi sedih dan sepertinya Presdir semakin tertekan.
Presdir melihat Park Dandan di kejauhan dari seberang jalan. Ia pun berteriak memanggil Park Dandan.
Park Dandan tak sabar ingin menyeberang jalan. Presdir memberi kode jangan. Ialah yang lebih baik menyebrang. Presdir sudah di tengah jalan. Rupanya lampu menyeberang sudah merah. Ia menunggu kesempatan di tengah jalan. Saat ada mobil lewat di dekatnya, pusing di kepalanya tak tertahankan. Presdir pun terkulai jatuh di tengah jalan!
Dandan menemani Presdir di RS. Ia cemas tapi Presdir belum sadar juga. Akhirnya datang Lee Se Ryeon dan Pengacara Koh. Mereka heran mengapa Manajer Jo tunangan Presdir tak bisa dihubungi.
Park Dandan disuruh pulang menjaga anak-anak pulang (Kasian).
Presdir akhirnya sadar. Ia pun mengenali Lee Se Ryeon dan Pengacara Koh. Tapi ia bertanya pada Lee Se Ryeon mengapa ia tak di Amerika. Ingatan Presdir rupanya kacau lagi. Ia mengingat terakhir kali pergi ke gunung.
Dan ia tak ingat 3 bulan ini hidup sebagai LYG 22.
"Kau tak ingat bertunangan baru lalu?" tanya Pengacara Koh.
Ia sangat kaget ketika diberi tahu bertunangan dengan Manajer Jo. Dan ia menyangkal punya hubungan bahkan janji menikahi Manajer Jo.
Pengacara Koh juga melihat sahabatnya tak bahagia di hari pernikahannya.
"Apa mungkin ini akal-akalan Manajer Jo?"
Presdir berkata akan memeriksanya.
Lee Se Ryeon menelepon ibunya Madam Wang. Madam Wang sudah kabur ke temoat Gija. Lee Se Ryeon bahwa kakaknya sudah sadar dan ingatannya kembali. Tetapi katanya jangan kaget karena ingatan Presdir 3 bulan terakhir saat menjadi 22 tahun hilang.
Sampai di rumah Lee Se Ryeon mengumpulkan anak-anak. Ia menjelaskan hal yang sama pada anak-anak, agar mereka tak kaget.
"Jadi ayah kita yang lucu hilang, berganti ke ayah diktator?", tanya Jenny.
Meski kabar ayah mereka pulih itu kabar baik, rupanya anak-anak telanjur menyukai ayahnya yang 22 tahun. Sekarang mereka langsung khawatir tak boleh main gameπ
π
.
Presdir menelepon dan mencari Jo Sarah. Jo Sarah cemas. Presdir marah, bertanya mengapa Manajer Jo berbohong pada ia yang lupa ingatan, mengatakan ada hubungan dan memaksakan pertunangan. Jo Sarah bukannya sadar ia makin nekad berbohong lagi dan lagi.
Ia berkata ia memang bersalah memang berbohong tetapi karena Presdir saat itu yang berumur 22 tahun menyukainya. Presdir 22 tahun mengandalkan dan membutuhkannya, sehingga mereka bertunangan. (Ya, Tuhan muak banget klo ada cewe kyk Jo Sarah ini, ya. Enaknya kuapain, ya! π±π‘)
Lalu Jo Sarah menunjukkan cincin mereka. Presdir tiba-tiba tersadar cincin yang sama itu juga ada di jarinya. Ia langsung tertekan.
Presdir berjalan pulang dengan pikiran yang kacau, bingung, juga sedih. Ia tak habis pikir ia mencintai Guru Park, tetapi kenyataannya ia malah bertunangan dengan Manajer Jo.
Presdir pulang ke rumah. Ia tentu mengenali anak-anaknya yang ia cintai.
Presdir lalu bertemu dengan Guru Park di halaman, di depan pohon kenangan mereka berdua. Park Dandan lega ingatan Presdir kembali. Tetapi Presdir sangat sedih.
Presdir berkata hatinya sakit saat membayangkan apa yang harus dialami Guru Park ketika harus melihatnya bertunangan dengan Guru Park.
Presdir berkata, "Aku minta maaf."
Permintaan maaf yang seperti memberikan kode ia terpaksa mengakhiri hubungan mereka. Park Dandan mengatakan besok ia akan pergi dari rumah ini. Ia pun segera
pergi sembari menahan tangis.
Ternyata pertemuan Presdir dan Guru Park diam-diam disaksikan oleh Sechan. Sechan yang pintar menyadari ada sesuatu antara ayahnya dan Guru Park. Ia mengerti bahwasanya mereka dahulu, sebelum ayahnya hilang ingatan pernah berpacaran, lalu sekarang tak bisa bersama lagi karena Manajer Jo.
Sechan lalu membangunkan adiknya. Ia berkata Guru Park akan pergi besok, karena ayah mereka dan Guru Park dahulu ternyata adalah pasangan kekasih dan sekarang terpaksa berpisah. Mereka harus mencegah Guru Park pergi.
Pagi-pagi Park Dandan akan berkemas. Ia sudah berjanji pergi dari kediaman Lee. Saat ia membuka drawer ia heran pakaiannya tak ada. Dan ternyata semua pakaiannya tak ada di tempatnya. Saat ia membuka pintu kamar, pintu keluar sudah di blok oleh sofa. Sejong dan Sechan berdiri di atas sofa. Mereka berkata bahwa semua baju sepatu Guru Park sudah mereka amankan juga. Guru Park dilarang keluar dari pekerjaannya.
Orang-orang di rumah ke lantai atas mendengar kehebohan termasuk Presdir. Sechan dan Sejong juga membawa poster demo. Park Dandan lalu berkata ia tak akan keluar. Anak-anak bersorak.
Presdir menanyakan apakah hal ini tidak apa-apa bagi Guru Park. Ia merasa tidak enak hati.
Karena Guru Park menyanggupi Presdir hanya bisa mengatakan maaf dan terima kasih karena Guru Park masih memikirkan perasaan anak-anaknya.
Presdir bisa ke kantor lagi seperti dahulu, ingatannya kembali. Ia bertemu Nuna Anna Kim. Anna Kim lega bertemu Yeong Guk lagi yang tampak sehat. Anna Kim bercerita dan bercanda bagaimana mengerikannya LYG 22 yang tak mengenalnya mengusirnya.
"Aku sekasar itu."
"Iya."
Anna Kim lalu berkata jika terjadi sesuatu pada dirinya ia ingin Lee Yeong Guk mengambil alih pekerjaan yang ia lakukan.
Anna Kim mengajak Guru Park bertemu. Ia membuatkan makanan rumahan untuk putrinya. Ia merasa sangat bahagia. Anna Kim meminta izin memeluk Guru Park. Ia pun lalu memeluk putrinya sambil menangis. Ia terus mengucap maaf dalam hati.
Park Dandan tidak tahu ada apa dengan Direktur Anna. Tetapi ia pun merasa ingin turut menangis.
Setelah kesempatan itu, Anna Kim menemui pengacara. Ia berkata hendak membuat surat wasiat.
Lee Se Ryeon belum menyerah terhadap Park Daebeom. Ia mendatangi resto keluarga Park. Lee Se Ryeon ingin diberi kesempatan dan membantu mereka di sana. Sementara anggap saja ia sebagai pekerja paruh waktu.
Sechan mengajak adiknya serius dengan projek ini. Waktu mereka 3 bulan, sebelum kontrak Guru Park habis.
"Mengapa kita tidak mengajak Nuna (Jenny) dalam projek ini?"
"Tidak boleh! Nuna sedang masa puber."
Sechan takut kakaknya tak setuju atau mengacaukan rencana.
Ia bertanya apa adiknya mau Manajer Jo menjadi ibu mereka? Sejong juga tidak mau.
"Bagaimana kalau pengganti ibu bukan Manajer Jo tetapi Guru Park?"
Mereka merasa ribuan kali lebih baik memilih Guru Park.
Menurut Sechan cinta ayah dan Guru Park saat ini dalam keadaan lara, mereka yang harus menjadi jembatan cintanya.
Rencana anak-anak pun dijalankan. Sechan mengajak ayahnya ke Toko Buku, dan Sejong pun membawa Guru Park ke toko buku. Presdir dan Guru Park pun sejenak tampak mematung saling berpandangan.
Anak-anak tentu punya taktik lain, setelahnya mereka mengajak makan pizza bersama. Sejong membujuk Guru Park ikut. Mereka pun makan pizza berempat.
(Meski suasana pasangan itu masih kaku, tetap mereka lebih baik dipertemukan begini. Jangan mendadak pisah.)
Saat berjalan di trotoar pun anak-anak, menyuruh ayahnya dan Guru park juga bersama bergandengan tangan dengan mereka. Anak-anak lalu menarik mereka dan berempat berlari bersama. Meski awalnya canggung, mereka akhirnya bisa tertawa bersama. (Leganyaa π₯°)
Park Su Cheol suatu malam ingin menengok Direktur Anna dan membawakan makanan. Ia menelepon Anna Kim. Rupanya Anna Kim berada di pantai. Mendengar jawaban yang mengkhawatirkan ia pun pergi menyusul dengan taksi.
Park Su Cheol menemukan Direktur Anna.
Anna Kim masih menangis di pinggir pantai. Ia lalu mengeluh.
"Untuk apa gunanya aku memaksakan diri menggapai sesuatu. Banyak orang yang tersakiti. Tuhan sepertinya sekarang menghukumku."
Park Su Cheol mengajak Direktur Anna pulang. Anna Kim tiba-tiba memeluk Park Su Cheol.
"Aku takut. Bagaimana kalau aku tidak bangun lagi setelah operasi. Aku tidak mau mati."
(Bersambung...)
No comments:
Post a Comment
Silakan tulis komennya di sini ya...