Mereka berbicara mengenai Pembunuh Berantai Gu Yeong Chun. Ia kesal karena Gu Yeong Chun sembarang mengklaim kasus Taman Puramae. Ia merasa Gu Yeong Chun seorang pecundang. Nam Gi Tae tiba-tiba merasa percaya pada Song Ha Yeong. Ia berkata kapok di penjara, takut di penjara karena sering dihajar dan dibully.
"Mengapa tak lapor pada pengawas?"
"Tidak ada yang mau mendengarku, betapa pun aku mengeluh."
Song Ha Yeong berkata bahwa detektif di sini, semua, orang yang mau mendengar, ia tak perlu khawatir. (Mendengar pengakuan tersangka tentunya hihihi)
Song Ha Yeong berkata nanti akan menemuinya lagi. Dan memintanya mengatakan semuanya pada detektif nanti. Ia berkata tidak terlalu ingat tindakannya. Song Ha Yeong membujuknya agar mengingatnya pelan-pelan dan sedikit-sedikit katakan semua pada penyidik agar bisa membantunya.
Song Ha Yeong keluar dari ruang interogasi, dan memberi tips pada penyidik agar tidak membuatnya takut dan menarik diri yang malah membuatnya tak berani/mau mengaku.
"Jangan membuat penghakiman positif atau negatif. Biarkan dia berbicara mengeluarkan semuanya."
Ia terduga dari 14 kasus kriminal di Barat Daya Seoul dan 6 di antaranya meninggal. Ini bukan kasus biasa, Badan Kepolisian Seoul berharap penyidik bekerja sama dan mau mengikuti trik interogasi dari Song Ha Yeong.
Dan rupanya interogasi pun bisa berjalan lancar. Satu per satu dari pengakuan tersangka pun polisi membuat reka adegan. Awalnya tersangka tak merasa sanggup reka adegan oleh pisau palsu, setelah dipaksa Yun Tae Gu, ia malah begitu bersemangat menusuk meski itu hanya boneka dan reka adegan. Tanpa penyesalan dan terlihat puas.
Keluarga korban dan publik dibuat marah melihatnya. Media massa meliputnya besar-besaran. Nam Gi Tae ada menjadi tren dalam mesin pencarian di internet.
Berbeda dengan Reporter Choi, ia tak mau asal tren menulis artikel kacangan. Ia reporter idealis tak mau memasang nama Nam Gi Tae di headline /judul artikelnya, meski diminta Direkturnya. Reporter Choi pun tetap mengeluarkan artikel berbentuk ulasan yang bermutu.
Selama penyidik melakukan interogasi, tim forensik mengamankan rumah tersangka. Kabag mereka, Kuk Yeong Su pun datang ke sana. Ia mencari kamar tersangka. Dan melihat kliping koran di dinding kamar tersangka. Kuk Yeong Su menelepon Song Ha Yeong, menyuruhnya datang. Song Ha Yeong tak menyangka artikel dirinya dan foto dirinya benar terpampang di dinding kamar tersangka.
Im Tak bertanya mengapa mereka tak menjaga identitas polisi. Kuk Yeong Su mengatakan Im Mu Sik itu reporter kurang ajar yang memasang foto Song Ha Yeong tanpa izin.
Meski sejauh ini interogasi dan reka adegan berhasil, penyidik masih kekurangan barang bukti. Yaitu senjata-senjata yang digunakan tersangka untuk membunuh atau menyerang.
Song Ha Yeong yakin masih ada senjata di rumah tersangka, karena ia orang yang sangat menyukai membunuh.
Song Ha Yeong dan Kuk Yeong Su kembali ke rumah tersangka. Song Ha Yeong merasa ada sesuatu di bawah lemari. Benar saja, ada pisau dapur ditempel lakban, di bawah lemari pakaian. Pisau itu pun masih bernoda darah.
Di lab pun, petugas lab menemukan seutas rambut terselip di antara kunci inggris besar.
Pengakuan dan barang bukti yang cukup sepertinya sudah didapatkan tim penyidik. Sebelum tersangka diserahkan ke kejaksaan, Song Ha Yeong mendapat kesempatan lagi bertemu tersangka untuk mewawancai tersangka.
Detektif Nam sudah membayangkan betapa harus sabarnya Song Ha Yeong menghadapi pembunuh gila. Kuk Yeong Su menawarkan diri ikut masuk. Namun tersangka memang sudah percayanya pada Song Ha Yeong. Song Ha Yeong masuk, Kuk Yeong Su merekam dari balik kaca.
Tersangka senang melihat Song Ha Yeong.
"Kau benar datang lagi."
"Sudah kukatakan aku akan datang lagi setelah kau berterus terang pada polisi."
Tersangka bicara akrab tanpa formalitas. Ia yang tak merasa punya teman, merasa punya teman yang mau mendengarkannya sekarang.
Song Ha Yeong menanyakan masa lalunya. Ia orang yang sering dibuli, dilecehkan bahkan pernah dilecehkan secara seksual dari SD. Ia berkata tak punya siapa-siapa yang berpihak padanya.
"Mengapa tak melapor pada guru?"
Ia tak percaya guru. Ia tak suka guru-guru yang selalu meninggalkan komentar tidak baik di rapornya.
Saat ia menceritakan pengalamannya pernah diikat dianiaya secara seksual saat SD, ia pun berkata seolah-olah membalas dengan memperlakukan orang lain sama. Song Ha Yeong memberi kode kepada Kuk Yeong Su dibalik kaca. Kuk Yeong Su pun memahami kata kuncinya. Ia menghubungi Jeong Wu Ju untuk mencarikan kasus kekerasan seksual pada anak SD yang diikat tali sepatu. Jeong Wu Ju pun menemukannya ada kasus pembunuhan dengan kekerasan seksual seperti itu 2 tahun lalu, yang dibekukan karena tak terungkap.
Song Ha Yeong menanyakan mengapa dari memperkosa ia menjadi membunuh setelah keluar dari penjara. Mengapa tidak kembali ke jalan yang benar. Ia berkata ia ingin pamer kepada orang di penjara yang suka memukulinya tanpa alasan yang jelas.
Ia berkata jadi menikmatinya dan belajar dan mencoba berbagai senjata untuk merasakan sensasinya.
Song Ha Yeong mulai merasa sesak apalagi tersangka tak menyesal sama sekali, malah menikmatinya.
Ia sama bahkan lebih gila dari Go Yeong Chun, menginginkan "perfect crime"
Detektif Nam yang mendengar dari balik kaca, sudah tak tahan, dan keluar.
Song Ha Yeong juga menyinggung buku harian Nam Gi Tae yang mencatat perilaku hidup sehat. Katanya ia harus terus berumur panjang agar tetap bisa melakukan kesenangannya dan keahliannya, yaitu membunuh.
Di tengah ceritanya, tersangka ingin ke belakang. Ia berharap Song Ha Yeong masih ada saat ia kembali. Ia senang bercerita pada Song Ha Yeong. Kuk Yeong Su mencoba berbicara pada Song Ha Yeong untuk tidak usah memaksakan diri lagi jika tak sanggup mendengar "kegilaannya". Song Ha Yeong merasa ini sudah ia mulai harus ia selesaikan.
Song Ha Yeong sudah membawa berkas kasus baru, pemerkosaan dan pembunuhan terhadap anak di bawah umur.
Nam Gi Tae kembali bercerita, sekarang ceritanya semakin detail, gila, dan mengerikan mengenai sensasi dan eforia apa yang ia rasakan, bagian tubuh apa, senjata bagaimana yang membuatnya paling merasa senang. Song Ha Yeong yang malang, berkali-kali ia menahan marahnya, mendengar kekejiannya.
Ia sampai menggebrak meja.
Tampaknya Nam Gi Tae juga tak mau Song Ha Yeong marah, menurut Nam Gi Tae, Song Ha Yeong satu-satunya yang mau mendengarkan ceritanya.
Ia langsung mengakui kejahatan sesuai berkas yang dibawa Song Ha Yeong.
Song Ha Yeong tak tahan lagi.
"Kau jangan merasa seperti pahlawan, kau hanya orang gila yang sembarangan menusuk orang."
"Memang benar," katanya mengakui.
Namun tersangka Nam Gi Tae malah ingin diizinkan membunuh lagi, ia orang yang sudah ketagihan membunuh. Katanya ia sebenarnya ingin menjadi pembunuh terbanyak di dunia.
"Apa aku tak bisa melakukannya lagi?" tanyanya memelas.
"Kau tak akan pernah lagi bisa melakukannya," kata Song Ha Yeong tegas.
Song Ha Yeong pun buru-buru pergi menutup sesi wawancaranya.
Kepada Tim Penyidik ia memberi tahu bahwa tersangka mengakui satu kasus lagi, pembunuhan kekerasan seksual anak di bawah umur. Ada penyidik berkata
"Wah kau bisa dengan mudahnya mengorek dari dia, ya!"
Ia tak tahu tekanan batin yang dialami Song Ha Yeong saat mengorek keterangan.
Song Ha Yeong menyegarkan diri ke toilet. Di toilet ia malah mendengar Reporter Im Mu Sik membicarakannya di telepon.
"Song Ha Yeong dengan mudah memancing Nam Gi Tae berbicara...Tersangka itu bahkan menikmati reaksi wajah korban saat membunuhnya... Aku sebagai reporter asyik sekali jika bisa mewawancarainya."
Song Ha Yeong yang sedang merasa tertekan setelah mewawancarai tersangka, kesal mendengarnya. Ia menghajar Im Mu Sik.
Ia menganggap sebagai reporter Im Mu Sik tak punya empati, wataknya tak beda jauh dari pembunuh yang tak menyesali perbuatannya.
Im Mu Sik mengancam menuntut Song Ha Yeong karena memukulnya.
"Aku yang berbaik hati tak menuntutmu karena memasang fotoku tanpa izin!
Pukulan ini untuk itu."
Lalu, ada seorang detektif mengembalikan sapu tangan yang sepertinya milik Song Ha Yeong. Song Ha Yeong memang di hari pertama meminjamkan saputangan pada tersangka Nam Gi Tae yang terlihat menarik diri.
Song Ha Yeong melempar saputangan itu ke tempat sampah.
"Ada apa dengan saputangan itu?" Kuk Yeong Su bingung.
"Sepertinya pernah dipakai Nam Gi Tae," kata detektif Nam.
Wawancara ini pukulannya lebih berat lagi bagi Song Ha Yeong. Ia menyetir mobilnya dengan kencang untuk meringankan isi kepalanya. Namun alih-alih berkurang, berbagai ucapan berhati iblis dari penjahat-penjahat yang ia wawancarai, sontak semakin memenuhi pikirannya. Ia tak bisa mengendalikan diri, juga mengendalikan mobilnya. Song Ha Yeong mengalami kecelakaan!
Mobil Song Ha Yeong jatuh dan terbalik. Ia terluka parah. Ia dilarikan ke RS dan ditangani di UGD. Dalam keadaan sadar tak sadar ia terbayang jatuh ke danau lagi, seperti ketika ia kecil. Melihat kembali mayat perempuan yang melayang itu, dan ingin meraihnya.
________
Seorang pemandu karaoke malam-malam menunggu bus sendirian di tempat sepi di cuaca dingin. Seorang pengendara mobil berhenti merapat menanyakan arah jalan.
Dengan alasan tak mengerti arah jalan yang ia sebutkan, pria itupun menawarkan perempuan itu ikut menumpang sebentar, sambil menunjukkan jalan. Ia berkata ia pria baik-baik, dan malam terlalu dingin, tak tahu kapan bis akan lewat.
Si perempuan pun ikut. Ia lalu menunjukkan jalan, dan minta diturunkan di sana. Seperti sudah penonton duga, si pria tak berhenti. Perempuan itu kaget dan protes. Si pria mengunci mobil dari central lock. Perempuan itu panik dan berisik. Si pria tak kenal ampun menghajar perempuan tersebut.
(Bersambung...)
No comments:
Post a Comment
Silakan tulis komennya di sini ya...