February 2, 2022

Sinopsis Through The Darkness Episode 6

Pembunuhan warga senior di Gangnam dan Jongno mulai diisukan oleh pers. Media mulai menduga bahwa semua itu merupakan pembunuhan berantai. Sudah sebulan namun kepolisian belum menemukan petunjuk. 

31 Oktober 2003
Tim penyidik grup 1 protes kepada kabag Heo dan Direktur Baek, mengenai tim analisis yang sering muncul langsung  begitu saja saat olah TKP. Bahkan Song Ha Yeong diceritakan setiap hari datang ke lokasi TKP. (Datang tiap hari pun Oppa kita masih belum dpt petunjuk, ya. Fighting!)

Hari itu ke kantor, Song Ha Yeong membawa bingkisan dan termos sup. Di kantor mereka, sudah siap sekarung sepatu hiking, yang akan dicocokkan dengan jejak sepatu yang ditemukan.  Song Ha Yeong ingat termos sup untuk Kuk Yeong Su tertinggal di mobil. Begitu di tempat parkir dia melihat keanehan kendaraan para reserse mobil tak ada di tempat. Dia lalu buru-buru masuk ke ruangan reserse grup 1. Sepi! Ada seorang petugas yang memberinya info bahwa semua orang pergi karena panggilan mendesak pembunuhan di Hwanghwa-dong.

Song Ha Yeong dan Kuk Yeong Su menuju lokasi TKP di Hwanghwa-dong, Jongno. Pembunuhan kali ini disertai pembakaran. Tetapi tetap yang dibunuh seorang warga senior dengan ciri hantaman benda tumpul. Seperti modus operandi yang sama.

Karena ada pembakaran, olah TKP memakan waktu jauh lebih lama.  Meski diprotes grup 1, atas hubungan baik Kuk Yeong Su dengan tim forensik, Song HaYeong dan Kuk Yeong Su menyelinap memakai rompi forensik. 

Kembali tak ada  percikan darah yang berhambur ke atas. Dengan luka hantaman berbentuk segitiga yang unik, Kuk Yeong Su menduga pembunuh ini membuat khusus martil senjata membunuhnya sendiri.
"Dengan memilih benda tumpul dari pada benda tajam, menunjukkan ia punya kemarahan pribadi yang besar", kata Song Ha Yeong.
Di TKP juga ada brankas yang dijatuhkan tetapi tidak dibuka. Kebakaran berasal dari kamar tidur. Mereka juga belum memahami alasan pembakaran. Di kamar itu salib pun mencoba dibakar.
Song Ha Yeong belum bisa menebak kemarahan besar apa yang Si X punyai dengan mengincar para manula kaya yang tak berdaya.

Nam Il Yeong melaporkan pada Yun Tae Gu kali ini ada kehilangan di TKP, yaitu jaket jumper hitam. Mereka menyusuri jalan di sekitar lokasi. Sayangnya belum ada CCTV di sana.(Dahulu CCTV di korea g marak kyk sekarang, ya.)  Akhirnya ada 1 CCTV. Mereka memeriksa CCTV lalu mencari sosok dengan sepatu hiking, dan membawa tas (tempat menyembunyikan senjata)

Kim Bong Shik di ruang kerjanya menemukan keanehan nama-nama lokasi, dia menemukan keganjilan nama-nama lokasi. Dia buru-buru menemui kabag Heo.
"Su-seong, Gun-gok, Jin-jung, Hwang-hwa, terdengar yang aneh tidak", kata Kim Bong Shik.
Secara kebetulan nama-nama lokasi, per suku katanya dengan diawali konsonan kembar  S-s, G-g, J-j, dan H-h. Entah apa yang ada dipikiran pembunuh. Namun kemudian mereka khawatir target berikutnya di Bangbae-dong.

Tim analisis rapat di kantor mereka. Song Ha Yeong menunjukkan peta ke-4 lokasi itu. Menurutnya lokasi-lokasi itu lumayan strategis diakses dari transportasi umum. Dan pembunuh cukup tahu daerah di huni warga-warga senior kaya. Dugaan Ha Yeong pelaku tidak bermobil, dia berjalan dari halte/stasiun terdekat. Ada jaket yang dicuri di lokasi, diduga pembunuh berusaha menutupi baju/tubuhnya dari noda percikan darah, setelah itu ia naik transportasi umum. Di transportasi umum, tidak akan ada yang memperhatikannya. (Kabarnya di korea begitu, tidak mau kontak mata dengan orang tak dikenal, acuh pada orang lain di tempat umum. Beda sama orang Indonesia yang ekstrimnya dengan yang ga dikenal pun bisa kepo dan sok akrab 😅)

Dari CCTV ditemukan sosok pelaku, tetapi sayangnya hanya tampak belakang, berjaket hitam. Pada saat yang sama, forensik berhasil menemukan sepatu hiking yang digunakan pelaku. 

Tim analisis bergabung ke rapat divisi kriminal. Song Ha Yeong bicara membahas dan khawatir cooling off period segera habis.
"Apa itu cooling off period?" tanya Nam Il Yeong.
"Saat jeda di mana pembunuh menghentikan sementara aksinya", kata Jeong Wu Ju turut menjelaskan dengan bangga.
Melihat jeda waktu pembunuhan,  awalnya berjarak 2 minggu, lalu dipercepat 1 minggu. Lalu memanjang 1 bulan. Dugaan dari Song Ha Yeong, di pembunuhan ke-3 si pembunuh mulai berani, tetapi kemungkinan ragu karena ekspose media yang begitu gencar. Namun keraguannya itu belum mencegah kehendak membunuhnya.
Mereka harus memikirkan cara agar si-X bisa dihentikan sementara.
Song Ha Yeong mengusulkan kepolisian membuat pengumuman pencarian, mulai besok jam 9 pagi. Menyebarkan gambar dari penemuan CCTV meski hanya  tampak belakang.
"Apa tujuannya agar pelaku menghentikan aksinya karena takut tertangkap?" tanya Yun Tae Gu. Rapat akhirnya menyetujuinya. 

Kim Bong Shik di kantor bersama Yun Tae Gu. Dia tetap memprotes usul Song Ha Yeong. Akhirnya pembicaraan menjadi saling kritik masalah personal. Menurut Yun Tae Gu, Kim Bong Shik memandangnya seorang perempuan, bukan polisi, di mata Kim Bong Shik dirinya tak lain orang yang bias dan tak mampu. Kim Bong Shik marah terus disindir. Hampir ia memukul.
"Kalau aku tak menganggapmu perempuan, kau sudah kupukul!"
Tiba-tiba Yun Tae Gu-lah yang menampar Kim Bong Shik.
"Inilah jawabanku atas perlakuanmu dulu!"
(Karena Kim Bong Shik "memberikan" Yun Tae Gu ke jaksa berengsek dahulu kah?)

Di perjalanan sambil mengantar Kuk Yeong Su, mereka masih membicarakan kasus itu. Jika disiarkan besar-besaran, kemungkinan si X sembunyi, dan tentu makin sulit dicari. 
"Namun yang penting si pembunuh menghentikan sementara aksinya, bukan?" kata Kuk Yeong Su menenangkan.
Sampai di depan rumah Kuk Yeong Su,  Song Ha Yeong mengucapkan selamat ulang tahun dan menyerahkan kado. Dia juga menyerahkan termos sup rumput laut. Ibu Song Ha Yeong khusus membuatkannya karena tahu anak dan istri Kuk Yeong Su di luar negeri.
"Aku lupa ulang tahunku sendiri, aku sekarang lebih ingat data-data pelaku kriminal", kata Kuk Yeong Su terharu.

Song Ha Yeong tiba-tiba ragu usulnya ini akan membuat pelaku makin sulit dicari. Malam itu ia kembali ke kantor, mulai memikirkan dan menyusun profil pelaku.

Begitu pengumuman pencarian, polisi banyak menerima telepon. Yun Tae Gu menyadari mereka tetap akan kesulitan menelusuri laporan masyarakat dengan petunjuk yang masih minim.

Song Ha Yeong pagi-pagi ke daerah Hwanghwa-dong, sampai ke tempat pelaku tersorot CCTV. Di sana ia bertemu Reporter Choi yang rajin ingin menulis artikel. Song Ha Yeong pergi tanpa mau memberi keterangan apapun. 

Di kantor Song Ha Yeong berkata ingin menandai rute transportasi umum apa saja  yang melewati ke empat lokasi pembunuhan. Jeong Wu Jung yang sepertinya hobi naik angkutan umum menawarkan bantuan.

13 November 2003
Song Ha Yeong ke area TKP membawa peta yang sepertinya sudah ditandai rute angkutan umum. Ia menduga pelaku sering menggunakan transportasi umum ke area ini. Lalu waktu yang dia pilih sekitar pukul 10 sampai 14 di mana hanya wanita dan manula di rumah. 
Begitu di TKP membayangkan yang modus operandi si pembunuh, dia bergidik ngeri.

Desember 2003
Lagi-lagi media mulai berisik, karena belum mendapat kabar terbaru kasus pembunuhan di Gangnam dan Jongno. 

Song Ha Yeong menawarkan untuk memberikan profil perilaku pelaku kriminal yang ia susun. Kuk Yeong Su ragu. Namun memang profil pelaku yang dibuat Song Ha Yeong masih terlalu umum, unit penyidik mobil akan kesulitan jika bergerak hanya dengan profil itu.

Akhir desember, lalu tahun baru 2004 pun berlalu... hari-hari, usaha keras yang semua tim lakukan belum mendapatkan hasil. 

Di masa jeda beberapa bulan ini, Si-X tahu ia mulai dicari di mana-mana. Ia sempat pergi ke toko buku, anehnya mencari buku-buku anatomi. Ia tampak puas melihat kenyataan polisi masih kebingungan mencarinya. Dengan menyeringai ia nimbung pembicaraan orang-orang
"Siapa sih orang jahat itu? Mengapa polisi belum menemukannya?"
Si-X  juga pergi melakukan check up. Ternyata ia me-rontgen seluruh tubuhnya. Hasil rontgen itu ia tempelkan di tembok kamarnya. Ia tampak puas. (Entah apa yang ia pikirkan fams, memikirkan metode pembunuhan baru untuk mengecoh polisi? 😨😨😨)

Tim analisis mulai ditekan, semakin banyak komplain yang melihat mereka keluar masuk TKP dan itu sampai ke telinga kepala SMPA (Badan Kepolisian Metropolitan Seoul). 
Reporter Choi juga sampai mengeluarkan artikel bahwa taruhan polisi fengan menyebarkan pengumuman pencarian yang hanya tampak punggung itu gagal. Si pelaku semakin tersembunyi.

Kabag Heo membujuk tim analisis khususnya Song Ha Yeong yang rutin ke TKP untuk mundur/menyerah. Kuk Yeong Su tak mau tim analisis mendengar protes itu. Dia menghibur Song Ha Yeong dan mengatakan mereka tak akan mundur. 👍💪(Di organisasi mereka emang cocok, sama-sama bandel tetapi untuk mengungkap kejahatan, kan?)

3 Januari 2004
Song Ha Yeong di luar TKP termenung. Petunjuk tak juga berhasil ia dapatkan. Apa mungkin ia bukannya bersembunyi tetapi memikirkan metode lain?
Yun Tae Gu yang melihatnya datang menghampiri.
"Kau memang tak melewatkan sehari pun (datang ke lokasi TKP). Bukan hanya karenamu kita mengeluarkan pengumuman pencarian", hibur Yun Tae Gu.
"Bagaimana jika beraksi lagi? Bagaimana kalau ia mengubah modus operandinya?"
"Kita pasti akan menangkapnya!"

Song Ha Yeong mulai gundah, laporan kasus kriminal harian pun ia telusuri. Kali ini laporan gadis yang ditusuk. Ia bingung dan frustasi, dilemparnya laporan itu.

12 Februari 2004
Ada sosok baru, seorang bapak yang agresif penuh dendam. Sebut aja si bapak itu si-Y. Dia tampak mengasah pisau belatinya. Suatu malam, ia keluar mengintai seorang gadis. Si-Y mengejar gadis itu yang akan masuk ke apartemennya. Gadis itu ditusuk dengan belati, di depan pintu apartemennya.

(Bersambung...)

< Sinopsis episode 5                  List Sinopsis                Sinopsis episode 7>

No comments:

Post a Comment

Silakan tulis komennya di sini ya...

Free Translation
Related Posts with Thumbnails