"Apa Presdir juga punya perasaan padaku?"
Presdir ternyata tak siap ditanya seperti itu, ia gugup. Mungkin ia juga tak sadar perasaannya telah berkembang.
"Guru Park bercanda apa. Kalau tak ingin bersepeda katakan saja."
"Aku tidak bercanda."
Presdir mencari-cari alasan bahwa ia melakukan semua ini demi guru yang disukai Jenny, Sechan, dan Sejong. Wajar jika ia membantu guru anak-anaknya melewati kesulitan.
"Kurasa ini bukan hal yang biasa dilakukan oleh seorang Presdir kepada karyawannya. Presdir juga menyukaiku, benar kan?"
Untung ponsel Presdir berdering ada panggilan dari Pengacara Koh. Presdir berpura-pura ada masalah gawat, lalu pergi menghindar.
Presdir dan Pengacara Koh minum berdua seperti yang sering mereka lakukan. Presdir Lee berkata bahwa ada seorang temannya, bukan dia, yang mempunyai masalah cinta terpaut umur.
"Zaman sekarang umur itu bukan masalah, yang penting perasaan keduanya."
"Tetapi terpautnya cukup jauh."
"14 tahun."
"Memang terpaut jauh. Orang bisa mencerca itu seperti mencuri anak orang lain."
"Benar, kan? Karena itu, temanku awalnya tak ada perasaan apa-apa. Semakin lama menghabiskan waktu bersamanya ternyata dia anak yang cute dan baik hati. Saat gadis itu menyatakan cintanya, temanku gundah."
Pengacara Koh berkata banyak orang terpaut usia 20 tahun pun hidup bahagia.
"Di usia seperti kita sekarang, tak mudah hati kita terbuai oleh cinta. Aku iri padamu, Lee Yeong Guk!"
"Kubilang itu bukan ceritaku."
Temannya hanya tertawa, tentu saja ia tahu Presdir Lee menceritakan kisahnya sendiri. 😁😁
"Fighting!"
Presdir pulang dari bar. DIa kaget di halaman ternyata Guru Park masih menunggunya.
Park Dandan tahu tadi Presdir pura-pura mencari alasan. Dan sekarang di hadapannya ia juga tahu Presdir pura-pura mabuk dan lupa, mencoba menghindarinya lagi
"Seberapa jauh pun kupikirkan, rasanya Presdir juga suka padaku."
Park Dandan berkata bahwa ia butuh banyak keberanian untuk akhirnya mengungkapkan perasaannya kepada Presdir. Ia ingin jawaban dari Presdir. Jika Presdir tak suka padanya, ia akan berusaha menghapus cintanya.
Park Dandan tahu Presdir banyak pertimbangan.
"Karena itu aku beri waktu satu hari sampai besok. Jika Presdir juga suka padaku, ikatkanlah sapu tangan, di pohon itu", kata Park Dandan sambil menunjuk salah satu pohon.
Batas waktu dari Guru Park adalah sampai besok tengah malam.
Presdir tak bisa tidur mencari tahu perasaannya. Akhirnya malam itu juga, ia keluar kamar dan mengikat sapu tangan di pohon. Begitu kembali ke kamar ia gundah. Ia lalu keluar lagi menuju pohon.
"Aku sudah punya 3 anak. Tak pantas."
Presdir mencopot lagi saputangan itu.
Pagi-pagi bangun tidur Park Dandan sudah berlari menuju pohon. Ia kecewa begitu tak melihat saputangan di sana.
"Tetapi batas waktunya kan sampai tengah malam." Park Dandan menghibur diri.
Ternyata bahkan pagi itu Presdir pergi pagi-pagi sekali tanpa diketahui siapa pun.
Madam Wang memanggil Guru Park. Park Dandan agak ragu. Bibi Yeoju mengawal Park Dandan. Madam Wang berusaha berbaikan dengan Guru Park karena takut diusir Presdir. Ia meminta maaf pada Park Dandan dan berjanji akan menguasai dirinya. Ia bahkan memberinya perhiasan mewah sebagai tanda penyesalan.
Manajer Jo semakin kesal karena alih-alih tak bisa mengusir Park Dandan, Madam Wang malah menyalahkannya karena gegara membantunya ia hampir diusir Presdir. Madam Wang menyalahkan Manajer Jo yang tak bisa merayu Presdir, malah kalah dari gadis kampung seperti Guru Park.
Tak disangkanya Manajer Jo melihat Guru Park bertemu dengan Supir Park dan mereka terlihat akrab berjalan berdua. Ia sempat membuntuti mereka dan memfotonya.
Presdir Lee kebetulan hari ini begitu banyak kesibukan di kantor. Meski begitu kadang pikirannya melayang memikirkan Park Dandan, mengganggunya untuk fokus pekerjaan.
Siang itu rupanya saputangan dari Guru Park dicuci dan dijemur oleh Bibi Yeoju. Namun tiba-tiba ada angin bertiup kencang, saputangan itu pun terbang entah ke mana.
Sore hari, Dandan kembali melihat ke halaman. Belum ada saputangan terpasang. Ia tiba-tiba merasa bodoh karena menganggap Presdir menyukainya. Presdir sendiri belum pulang ke rumah.
Malam itu, Se Ryeon dilamar saat makan malam. Park Daebeom mengetahuinya. Ia lalu menemui Se Ryeon. Ia bilang bisa merelakan Se Ryeon menikah asal dengan pria brengsek itu.
"Apa kau menyesal? Mengapa kau masih mempedulikanku? Mengapa kau peduli?"
Hati Se Ryeon kembali gundah setelah bertemu Park Daebeom. Ia minum minuman keras di bar. Ia akhirnya mabuk berat dan sampai lagi di rumah Daebeom. Ia kembali tak sadarkan diri di sana.
Cha Yunsil kesal, ia kembali menelepon Madam Wang untuk mengambil putrinya yang segera akan menikah. Ibunya kembali menjemput Lee Se Ryeon. Saat Se Ryeon bangun, begitu melihat Daebeom ia berkata
"Mengapa kau masih mempedulikanku? Apa kau menyesal putus denganku?"
Giliran Park Daebeom dimarahi ibunya karena mendatangi perempuan yang akan menikah.
Presdir ternyata tertidur di mobilnya di pinggir jalan. Ia mungkin masih gundah juga. Tiba-tiba ia bermimpi Guru Park memutuskan pergi dari rumah karena tak sanggup bertemu Presdir lagi. Ia terbangun dan terkejut. Tak mungkin ia membiarkan kenyataan itu terjadi. Jam sudah menunjukkan pukul setengah 12 malam. Presdir segera memacu mobilnya pulang.
Di saat yang sama Park Dandan kembali ke halaman. Tak ada saputangan terikat di pohon. Dia terduduk menangis. Ia mengingat saat-saat manis bersama Presdir. Dari dijemput saat sedang bekerja paruh waktu, bersepeda bersama, dibelikan minuman...
"Mungkin memang Presdir orangnya hangat dan baik hati."
Harapannya terlalu tinggi.
Park Dandan berharap dengan minum ia bisa segera melupakan Presdir. Ia lalu pergi ke mini market membeli bir.
Pukul 12 kurang 5 menit Presdir berhasil sampai di dekat pohon. Ia buru-buru merogoh sakunya. Ternyata saputangan itu tak ada di sakunya. Ia berlari ke kamar mencari saputangan. Sebenarnya ia ingin memakai saputangan yang dihadiahkan Guru Park, tetapi apapun jadilah. Presdir dengan tersenyum mengikat saputangannya. Sejurus kemudian ia kembali bimbang.
"Ini tidak benar. Aku duda dengan tiga anak. Aku terlalu tua "
Ia pun kembali melepaskan saputangan.
Tiba-tiba angin bertiup agak kencang. Saputangan yang tadi siang terbang dari jemuran entah ke mana, tiba-tiba tersangkut di atas ranting pohon itu. Presdir bingung, ia melompat-lompat mencoba mengambil sapu tangan itu.
Pada saat yang sama sepulang dari mini market Park Dandan lewat lagi ke halaman. Ia melihat Presdir di sana, dan ada saputangannya di atas pohon. Ia sangat gembira lalu lari ke pelukan Presdir.
"Aku tahu pada akhirnya Presdir akan mengikatkan saputangan di pohon itu."
"Ta-tapi itu tadi tak tahu dari mana, ada angin lalu tersangkut di sana."
"Tak usah dijelaskan lagi. Aku tahu Presdir pasti malu. Aku juga malu saat menyatakan perasaanku," kata Park Dandan sambil memeluk erat Presdir.
Tiba-tiba kaleng minuman keras jatuh dari saku dandan. Perut dia pun berbunyi.
"Kau belum makan malam?"
Tak lama kemudian terdengar perut Presdir pun berbunyi.
Waktu menunjukkan pukul 12:01. Park Dandan ingin merayakan hari pertama jadian. Mereka berdua akhirnya mencari makan di mini market.
Sambil makan mie instan Park Dandan berkata senang, "Aku tak percaya Presdir sekarang adalah namcin-ku!" (*namcin = namja cingu = boyfriend = pacar)
Presdir pun tampak gembira. Rupanya harus sang angin yang memutuskan untuk kebimbangannya. (Bahagianya berpacaran dengan yang lebih muda itu gembira dan merasa ikut kembali muda.)
Dan ternyata benar, pagi-pagi saat akan berangkat, Bibi Yeoju pun melihat hal yang berubah dari Presdir. Presdir tampak fresh seperti bujangan kembali. Manajer Jo memperhatikan Guru Park yang tak berhenti tersenyum saat memandang Presdir. Dia bertekad membongkar rahasia Park Dandan.
Madam Wang pagi hari menanyakan keadaan Lee Se Ryeon yang semalam mabuk berat. Ia malah berkata jika sampai Lee Se Ryeon tak ingin menikah maka mereka batalkan saja. Jika hal itu terulang kembali akan berbahaya.
"Kalau terjadi lagi setelah menikah kau bisa dianggap berselingkuh. Itu tuduhan yang tidak mengenakkan."
Rupanya Se Ryeon sudah bulat demi melupakan Park Daebeom dan demi ibunya.
Lee Se Ryeon pun bicara pada kakaknya tentang keputusannya untuk menikah.
Presdir ingin memastikan keputusan Se Ryeon.
"Ibu saja menyetujuinya. Setelah aku menikah serahkan saham yang menjadi bagianku."
"Jadi kau menikah demi saham?"
"Menikah dan menginginkan saham bukankah itu hal yang bagus?"
Mereka akhirnya bertengkar, apalagi kakaknya selalu tak menghormati ibunya. Selalu memanggilnya dengan "Ibumu" bukan ibu atau ibu kita.
Anna Kim mengajak Guru Park bertemu. Anna Kim karena sibuk akhir-akhir ini tak bertemu Park Dandan, ia mengajaknya ngopi bareng.
"Apa Madam Wang tak macam-macam lagi denganmu?"
Park Dandan bilang bahkan Madam Wang minta maaf dan memberinya perhiasan.
Anna Kim memberi Park Dandan setelan untuk dipakai ke acara launching produk terbaru mereka.
"Aku masih berharap bisa merekrut Guru Park. Dan datang ke acara ini akan membantumu jika bekerja nanti."
Park Dandan bahagia. Ia berkata perhatian Direktur Anna kepadanya membuatnya seperti punya sosok ibu.
Akhirnya Manajer Jo mendapatkan informasi hubungan antara Park Dandan dan Guru Park. Bahkan bukti foto kartu keluarganya. Ia langsung menghubungi Madam Wang. Madam Wang tak menyangka Guru Park putri Supir Park. Ia langsung menelepon Lee Yeong Guk untuk segera pulang. Begitu Guru Park pulang ia menyerang dan mengatai Guru Park anak keluarga parasit dan adik dari playboy yang meracuni putrinya. Ia curiga kakak adik itu sengaja mendekati Presdir dan adiknya.
Park Dandan menangis untung Presdir tak lama datang.
Presdir berkata ia memang sudah tahu. Karena itu dahulu Guru Park sempat keluar. Tetapi demi anak-anaknya, ia membawa kembali Guru Park.
Madam Wang tak terima, sehingga bertengkar dengan Lee Yeong Guk. Presdir tak mau urusan guru anak-anaknya dicampuri Ahjumeoni, karena Ahjumeoni pun tak peduli putra putrinya. Madam Wang tersinggung dipanggil Ahjumeoni.
Manajer Jo menghadap Presdir, ia protes bahwa Guru Park mengelabui mereka semua. Ia dengan sok berkata bahwa ia tak bisa bekerja lagi dengan orang seperti Guru Park.
"Silakan Presdir pilih dia atau aku," tantang Manajer Jo.
"Apa katamu?" Presdir kesal.
(Sapa lo, sapa lo, keluar aja)
(Bersambung...)
No comments:
Post a Comment
Silakan tulis komennya di sini ya...