January 26, 2022

Sinopsis Through The Darkness Episode 2

Song Ha Yeong mengendarai mobilnya ke luar kota, ternyata ia ke penjara. Ia ingin mengunjungi si topi merah, Yang Yong Cheol di penjara. Kunjungan ditolak terpidana. Song Ha Yeong datang lagi di lain hari, tetapi si topi merah selalu menolak dikunjungi. 

Song Ha Yeong selalu penasaran celetukan dari si topi merah yang mengetahui bahwa Bang Gi Hun bukan pelaku. 
Atas saran petugas penjara untuk memberi si topi merah uang, akhirnya si topi merah, Yang Yong Cheol, mau menemui Song Ha Yeong.
"Mengapa kau berkata orang itu bukan pelakunya?"
Dia menjawab dan mengutarakan logikanya, menurutnya tak masuk akal metode pembunuhan begitu karena mereka sepasang kekasih. Jika sepasang kekasih bertengkar, membunuh pacar paling merupakan kesalahan atau kecelakaan.
Menurutnya membuka busana korban tewas akan dilakukan orang yang pernah membunuh dan mempunyai "kebiasaan" menyimpang tertentu. "Kebiasaan" yang tak akan hilang meski sebaik apapun rencananya, atau seburuk apapun kondisinya.

Sekarang kasus baru muncul. Song Ha Yeong berkata pada atasannya bahwa metode mereka mirip dengan kasus Bang Gi Jun. Baju korban ditanggali tanpa tanda-tanda kekerasan sekaual. Atasannya mengancam Song Ha Yeong agar jangan mengulik kasus yang telah ditutup.

Song Ha Yeong kembali lagi ke TKP. Di rumah TKP ini juga ada tanda kunci dibuka paksa. Namun rumah ini tak dinomori. Di TKP dia bisa membayangkan korban dijerat dan hatinya sakit. Dia lalu kembali mengunjungi pos polisi (polsek?)sebelumnya. Polisi di sana sudah  menggencarkan patroli dan mengawasi para pengantar makanan. Sejak saat itu kasus pencurian reda. Ia juga tahu bahwa si topi merah pernah muncul di sini (rupanya saksi matanya ember). Dia berkata pernah juga menanyai pengantar makanan yang bertopi merah.

Song Ha Yeong pun ingin menemui langsung pengantar makanan itu. 
Saat ditanya topi merah, orang itu berkilah dia menemukan topi itu dibuang.
"Memang anak sekarang akan memungut topi yang dibuang?"
"Karena ini topi bermerk", jawabnya.

Kuk Yeong Su terus berusaha meyakinkan teman-temannya di SMPA bahwa profiler itu diperlukan. Bahwa cara-cara dan metode yang digunakan pelaku kriminal perlu dikumpulkan untuk analisis kasus-kasus di masa datang. Dia merasa Direktur Baek, dari reserse kriminal bisa mewujudkan tim analisis perilaku pelaku kriminal.

Song Ha Yeong seperti menjadi  rutin menemui Yang Yong Cheol di penjara. Yong Cheol yakin pelaku kasus yang sedang ditangani Song Ha Yeong kali ini pasti ada masalah di otaknya. 
"Macan tutul tidak bisa menghilangkan tutulnya, kata pepatah."
Kebiasaan menyimpang pelaku ini akan diulanginya karena dengan begitu ia puas.
Namun ada kalanya penjahat tak berencana. Menurut Yang Cheol itu tandanya pelaku semakin berani dan sudah percaya diri.

Song Ha Yeong beserta juniornya membuat daftar terduga pelaku. Yaitu pengantar makanan di sekitar area dua kasus, ditambah lagi yang punya catatan sebagai pencuri, penerobos rumah, atau seksual menyimpang. Mereka mengecek alibi para terduga dalam daftar, tetapi belum membuahkan hasil.

Di kantor, rumor bahwa Song Ha Yeong kerap mendatangi Yang Yong Cheol di penjara sampai ke telinga atasannya.
"Ada seorang polisi brengsek yang mendatangi narapidana, untuk meminta sarannya, dan bahkan memberinya banyak uang!", atasannya marah.
Dia merasa tindakan Song Ha Yeong membuat malu kesatuannya.
"Hanya penjahat yang memahami sesama pikiran penjahat", tukas Song Ha Yeong.
"Lalu apa?"
"Aku pasti akan menangkap pelakunya."

Song Ha Yeong kembali menemui Yong Cheol di penjara. Yang Cheol menikmati fasiltas dari Ha Yeong, dia juga mulai merasa sok karena dibutuhkan. Ha Yeong mulai kesal apalagi teringat hinaan atasannya bahwa ia polisi yang membuat malu. Ha Yeong memperingatkan Yang Cheol. Yang Cheol lalu memberi saran agar Ha Yeong segera menangkap pelakunya karena ia pasti ada kebutuhan untuk beraksi kembali.

Di kantor polisi, ada kasus pengaduan yang membawa seorang pemuda (Kang Mu). Si pria mendapati Kang Mu menerobos masuk rumah pacarnya ketika pacarnya tidur. Untung ia pulang di saat yang tepat. Bukan hanya kasus menerobos masuk tanpa izin, si pria mengadukannya sebagai kasus percobaan pembunuhan, karena dia mendapati Kang Mu membawa senjata. Ternyata Kang Mu membawa gunting. Gunting itu diajukan sebagai barang bukti. Kang Mu berkilah bahwa gunting hanya alat membuka pintu.

Song Ha Yeong mulai tertarik kasus ini karena ini kasus pembobolan rumah. Dia pun melihat lekukan di rambut tersangka.
"Ada apa dengan rambutmu? Apa kau memakai topi?"
Dia mengiyakan.
"Di mana topimu sekarang?"
"Hilang dalam perjalanan kemari"
Song Ha Yeong menyuruh tersangka berdiri
"Berapa tinggimu?" Ia teringat kesaksian Bibi di Supermarket.
"167 cm."
Tinggi tersangka seperti perempuan.
Song Ha Yeong tertarik menginterogasi pemuda ini.
Saat diminta KTP, Kang Mu berkata bahwa usianya belum genap 18 tahun, sehingga tak punya.
Atasannya juga tertarik kasus ini, ia mengajukan pemeriksaan sidik jari pada barang bukti secepatnya.

Di ruang interogasi, Song Ha Yeong mengajak bicara Kang Mu dengan gaya santai. Dia awalnya hanya meminta Kang Mu menulis secara rinci bagaimana Kang Mu membobol rumah orang lain.
Kang Mu menurut, dia mengira dengan berkelakuan baik ia bisa dibebaskan.
Selagi Kang Mu menulis, Ha Yeong berusaha memancing
"Sudah berapa kali kamu menerobos mencuri rumah orang lain?"
"Tentu saja sekali ini", kata Kang Mu.
Dengan kelihaian Song Ha Yeong, sedikit demi sedikit kedok Kang Mu mulai dibuka. Tapi Ha Yeong tetap menyuruh Kang Mu menulis.

Topi Kang Mu ditemukan, ternyata topi mahal bermerk. Ha Yeong menunjukkan topi itu. Dan benar itu milik Kang Mu.
"Aku tahu bukan pertama kalinya kau merampok rumah."
Ha Yeong memerintahkannya menuliskan dan mengurutkan semua nomor-nomor rumah yang ia masuki, jika tak ingin hukumannya nanti diperberat.
Begitu Kang Mu menuliskan angka 2 nya yang unik, Ha Yeong menjadi yakin.
Sambil membiarkan Kang Mu menulis Ha Yeong bertanya santai
"Uang saku yang kaudapatkan tidak mepet, jika kaubelikan topi ini?"
"Aku tidak diberi uang saku, aku menghasilkan uang sendiri"
"Pekerjaan sambilan apa yang dilakukan anak seusiamu?"
"Aku pengantar makanan (nah!), kadang menjaga meja (restoran?)"
"Kau sudah punya pekerjaan mengapa masih mencuri?"
"Bukankah anak remaja mencuri itu biasa untuk hiburan?"
"Dari mana kau belajar membuka kunci?"
"Dari teman."

"Setelah menuliskan ini, bolehkah aku pulang?" tanya Kang Mu.
"Tidak boleh."
Alasan Ha Yeong karena Kang Mu membawa senjata tajam.
"Bukankah aku hanya mencuri rumah kosong? Anak-anak lain memalak anak kecil, dan Anda tak keras pada mereka!", Kang Mu mulai menunjukkan wataknya.

Ha Yeong menyuruh Kang Mu menuliskan angka seperti 22, 12, 123, 233, coretan angka yang tertulis di rumah-rumah. Dan tulisan tangannya pun mirip!
 

Ha Yeong pun mulai menanyakan angka-angka itu. Kang Mu pura-pura tidak tahu.
"1 artinya pria dewasa, 2 wanita dewasa, 3 anak-anak"
Kang Mu pun mulai gugup. Ha Yeong mulai menginterogasinya. Pengakuan Kang Mu lalu mengalir begitu saja begitu emosinya meluap. 
"Itu karena orang itu!"
"Siapa orang itu?"
"Ayahku."

Ternyata dahulu, ayah Kang Mu sering menyiksa ibunya dalam keadaan tanpa busana. Kang Mu kecil tak tahan melihat ibunya disiksa. Dia dendam kepada ayahnya, selain itu kejadian itu rupanya merusak pikiran Kang Mu.

Kang Mu resmi mengakui 2 kasus tindak kriminal. Sidik jari yang awalnya tak dikenal, cocok dengan sidik jari Kang Mu. Masyarakat dibuat heboh. Bang Gi Hun bisa dibebaskan. Namun publik korea terlalu kritis, mereka mempertanyakan penyidik dari Kepolisian Dongbu yang sempat menjebloskan warga tak bersalah ke penjara. 

Demo mempertanyakan kecakapan polisi mulai digelar. Sialnya lagi, informasi bahwa Song Ha Yeong mendapatkan saran dari "Si Topi Merah" di penjara bocor ke telinga wartawan. Media pun mulai menggoreng isu ini bahwa "tersangka ditangkap oleh narapidana bukan oleh polisi." Song Ha Yeong terkena dampak isu miring ini.

Tiga serangkai di SMPA Direktur Reskrim, Kabag Resmob, dan Kabag Forensik saling curhat karena persoalan yang diangkat media ini. Menurut Kuk Yeong Su, Kabag forensik, inilah saatnya mengajukan pembentukan tim analisis perilaku kriminal. Dia menjelaskan bahwa FBI sudah sejak 20 tahun lalu mewawancarai pelaku tindak pidana. Jadi jika ada polisi mewawancarai narapidana itu wajar tidak melanggar kode etik penegak hukum. Semoga emosi publik pun bisa mereda.

Kuk Yeong Su menemui Song Ha Yeong. Dia menghibur Song Ha Yeong. Ha Yeong sendiri merasa tak menyesali cara kerjanya, meski dia menjadi sasaran kritik. Karena dengan begitu bisa mengungkap pelaku. Kuk Yeong Su membawa kabar bahwa tim analisis perilaku pelaku kriminal bisa dibentuk.
Dia ingin merekrut Ha Yeong sebagai profiler. Ha Yeong tidak yakin karena tak begitu mengerti tugas profiler. Rupanya buku pemberian Kuk Yeong Su belum ia sentuh hihihi. Kuk Yeong Su hanya menyuruh Song Ha Yeong tetap dengan cara kerjanya, sambil belajar kepadanya mulai sekarang.

Song Ha Yeong tampaknya memutuskan untuk menjadi profiler. Dia meninggalkan kepolisian Dongbu dan membawa sebuah buku "Memburu Pikiran", buku yang diberikan Kuk Yeong Su padanya.

Epilog
Mei 2000
Ada seorang anak perempuan di taman, yang tak terawasi kedua orang tuanya. Seorang pria menyapanya, lalu membujuknya ikut pergi membeli es krim. Pria itu membawa anak itu ke toko dan membelikannya es krim.
"Enak?" tanya pria itu.
Si anak mengangguk.
"Paman punya banyak es krim di rumah. Maukah kamu ikut?"
Dan sang gadis kecil pun mengikuti pria tak dikenal.

(Bersambung...)


No comments:

Post a Comment

Silakan tulis komennya di sini ya...

Free Translation
Related Posts with Thumbnails