Mei 1975
Dikisahkan suatu hari, Song Ha Yeong kecil diajak ibunya bermain sepeda air, di suatu Taman Bermain. Karena insiden tubrukan, Song Ha Yeong terlempar jatuh ke danau. Di dalam danau, Seong Ha Yeong kecil terpaku melihat mayat seorang wanita yang melayang di dalam danau, dia seperti bisa merasakan kesedihan di mayat korban. Song Ha Yeong berhasil ditarik ke permukaan. Dia tetap merasa iba pada sang korban, lalu menutup kaki jenazah yang terbuka.
Maret 1997
Perempuan di Seoul merasa terteror, karena ada serial kasus pembunuhan beserta pemerkosaan yang telah memakan 12 korban, yang dikenal Kasus Si Topi Merah. Saat itu, Seong Ha Yeong yang berpangkat ajun inspektor bersama satuannya reserse kriminal Kepolisian (Resor?) Dongbu, terus berpatroli dalam rangka mencegah/menangkap si Topi Merah. Kasus itu semakin sukar terungkap karena bahkan kasus memberi ide penjahat-penjahat seksual memakai topi merah untuk menakuti korban yang diincarnya.
Mei 1997.
Pelaku kasus topi merah belum juga terungkap. Suatu malam Choi Hwa Yeon yang rupanya tengah hamil, pulang malam setelah mengunjungi dokter kandungan. Malam itu hujan, begitu dia turun dari bis, rupanya ada pria bertopi merah yang tertarik mengikutinya. Sampai di rumah kontrakannya, dia telah ditunggu ibunya yang mengunjunginya. Choi Hwa Yeon ingin ibunya menginap, tetapi ibunya keberatan. Ibunya hanya menyuruh anaknya mengunci pintu, karena banyak kasus pencurian.Tak lama Bang Gi Hun, kekasihnya datang mengejutkannya. Choi Hwa Yeon pun tak berhasil mengajak kekasihnya menemaninya malam itu, alih-alih mereka kemudian bertengkar. Esoknya, ibunya menemukan Choi Hwa Yeon telah tewas di rumah kontrakannya dalam keadaan tanpa busana.
Kasus Topi Merah yang tak juga terungkap pelakunya, menjadi persoalan juga di kantor kepolisian di atasnya, kepolisian daerah Metropolitan Seoul (SMPA). Seorang kepala bagian forensik, Kuk Yeong Su berusaha meyakinkan teman dan rekan-rekannya, bahwa diperlukan tim investigasi ilmiah, dan profesi Profiler untuk kasus pembunuhan berantai tanpa motif, seperti yang sudah dilakukan di Amerika. Namun usulnya selalu tidak diterima rekan-rekannya. Korea Selatan masa itu juga tengah sulit karena krisis moneter dan IMF.
Kasus pembunuhan Choi Hwa Yeon ditangani oleh Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Dong Bu. Sebuah sidik jari Bang Gi Hun ditemukan dalam cangkir di TKP. Dari hasil otopsi, dokter forensik membeberkan fakta bahwa Choi Hwa Yeon tengah hamil. Kematian karena dicekik, tetapi tidak ada tanda-tanda pemerkosaan, meski dia ditemukan tanpa busana. Waktu kematian kira-kira sesuai dengan waktu Bang Gi Hun mengunjungi Choi Hwa Yeon. Bang Gi Hun pun ditetapkan sebagai tersangka dan ditangkap. Bang Gi Hun menyatakan keterkejutannya begitu dia ditangkap, apalagi mengetahui Choi Hwa Yeon telah tewas dibunuh.
Gosip tentang watak Song Ha Yeong yang sering melawan atasan dalam bertugas mulai menyebar di kantor. Dia terkenal suka bertentangan dengan satuan, mengutak-atik kasus yang penyidikannya sudah selesai/ditutup. Juniornya pun akhirnya tahu bahwa Song Ha Yeong dimutasi ke Kantor Polisi Dongbu karena kondisi itu. Dia digosipkan punya relasi dengan seorang petinggi sehingga masih bisa bertahan.
"Dia tidak tahu meski dia dikucilkan, itulah menariknya."
"Memang dia tidak tahu?"
"Dia tahu? Lalu mengapa dia bisa sedingin itu?"
"Tidakkah kau menganggap dia yang mengucilkan kita?"
Di kantor Polisi, Bang Gi Hun menyangkal tetapi tidak punya alibi yang jelas. Ia punya catatan kriminal dan mudah tersulut, membuat Kepala satuan reserse Park Dae Wung semakin yakin Bang Gi Hun pelakunya.
" Apa mungkin kau juga si Topi Merah", kata Park Dae Wung
Ada saksi yang menuturkan pada Song Ha Yeong melihat topi merah di sekitar kejadian. Si topi merah berjalan tenang meski hujan, tingginya seperti wanita, tidak terlalu tinggi.
Namun Song Ha Yeong melihat ada kejanggalan dalam kasus ini, karena kunci rumah seperti dibuka paksa. Bang Gi Hun terus menyangkal. Park Dae Wung tidak sabar, dia memukuli tersangka untuk mendapatkan pengakuan. Song Ha Yeong melakukan protes, atasannya tidak senang. Dia merasa Song Ha Yeong protes karena tersangka teman SMA.
"Bukan teman, hanya satu SMA. Dia hamil, Bang Gi Hun mungkin bukan pelakunya." kata Song Ha Yeong
"Dia bahkan tak tahu pacarnya hamil", tukas atasannya.
Park Dae Wung ingin menghubungkan kasus ini dengan kasus topi merah.
"Kasus ini bukan penyerangan seksual dan metodenya juga berbeda." lagi-lagi Song Ha Yeong protes.
Song Ha Yeong pergi lagi melihat TKP, untuk menganalisis. Kemungkinan Bang Gi Hun bukan pelakunya adalah adanya perusakan di pintu dan korban hamil (meski tersangka tak tahu pacarnya hamil). Tetapi lebih banyak bukti yang mengarah Bang Gi Hun pelakunya yaitu sidik jari, jejak darah, motif dan tak ada alibi.
Song Ha Yeong menanyai pemilik kontrakan yang bertempat di lantai atas. Pemilik mengadu bahwa di daerah sini banyak pencurian. Dan dia pun kehilangan perhiasan. Dia meminta polisi menangani kasus pencurian di area itu.
Song Ha Yeong menemukan tulisan angka janggal di rumah itu "233".
"Apakah Ibu yang menuliskan nomor ini?"
"Untuk apa aku menulis hal seperti ini? Aku bukan anak-anak, mungkinkah cucuku?"
Dari pos polisi terdekat, Song Ha Yeong mendapat informasi ada beberapa pencurian terjadi di area itu, terutama di rumah-rumah tanpa penghuni pria. Song Ha Yeong menyelidikinya ke lapangan, ke rumah korban pencurian. Dan menemukan korban pencurian ada tulisan angka kecil yang mirip. Dia lalu menanyai beberapa rumah yang juga ditemukan tulisan angka yang mirip, berapa dan siapa saja orang yang tinggal di rumah. Ada angka semacam 21, 22, 233 di beberapa rumah. Song Ha Yeong terus memikirkan logika dari angka-angka itu. Tiba-tiba pemotor pengantar pesanan lewat dengan cepat. Dia seperti mendapat ide! Dia buru-buru ke polsek setempat dan meminta data restoran mana saja di daerah itu yang melayani pesan antar.
Song Ha Yeong menyimpulkan "2 artinya wanita, 3 artinya anak dan 1 artinya pria." Dan hanya pesan antar yang kemungkinan tahu orang yang ada di rumah pelanggan, dan memberinya tanda.
Tak lama kemudian, diberitakan Kepolisian Dongbu pun akhirnya berhasil menangkap Si Topi Merah!
Kembali ke Bang Gi Hun. Bang Gi Hun karena disiksa akhirnya sempat menandatangani BAP tanda dia pelakunya. Namun kemudian dia kembali menyangkal. Song Ha Yeong kembali beragumen dan memperlihatkan foto, bahwa kunci pintu kontrakan Song Ha Yeong telah dibuka paksa. Tidak masuk akal Bang Gi Hun pelakunya. Lalu Si Topi Merah juga ada di tempat yang sama. Dia menyaksikan mendengar perdebatan di kantor polisi. Si Topi Merah melihat Bang Gi Hun. Kemudian berceletuk
"Orang itu bukan pelakunya."
Song Ha Yeong mendengarnya.
Song Ha Yeong penasaran dia menghubungi kepala bagian forensik yang dikenalnya. Dia meminta Kuk Yeong Su datang ke TKP. Mereka berdua menyelidiki lagi TKP diam-diam. Kuk Yeong Su menghargai semangat Song Ha Yeong mencari kebenaran. Sebagai kepala bagian forensik dia memang pintar menganalisa TKP. Dia tahu ini kejahatan terencana dan dengan cepat menemukan sidik jari baru di TKP!
Atasan Song Ha Yeong tahu bahwa Song Ha Yeong diam-diam mengajukan pemeriksaan sidik jari. Dia marah. Song Ha Yeong dan atasannya pun bertengkar di kantor. Song Ha Yeong pun terpaksa pergi dengan kesal. Tiba-tiba hasil pemeriksaan sidik jarinya keluar. Sayangnya polisi tidak bisa mengkonfirmasi identitas dari sidik jari itu. Bukti baru pun gagal ditemukan.
Kuk Yeong Su menemui dan menghibur Song Ha Yeong yang tampak masih frustasi karena gagal menemukan bukti.
"Aku hanya merasa ada yang ganjil." ujar Song Ha Yeong
"Insting seorang detektif itu tidak bisa diabaikan."
Song Ha Yeong mengungkapkan analisisnya bahwa ada yang ganjil termasuk keanehannya jika ini kejahatan terencana, pelaku sibuk menghapus jejak dan sidik-sidik jari, tetapi mengapa korban ditinggalkan tanpa busana.
Tiba-tiba Kuk Yeong Su bicara, "Apa kau pernah dengar tentang profiler?"
Dia lalu menceritakan apa itu pekerjaan seorang profiler dan mengajak Song Ha Yeong bergabung dalam tim analisis perilaku kriminal. Kuk Yeong Su tertarik kepada Song Ha Yeong karena menurutnya Song Ha Yeong punya kepekaan yang tinggi.
"Mengapa itu diperlukan?", tanya penasaran. Rupanya ada juga orang yang tertarik dengan bakat anehnya.
"Karena pekerjaan ini tentang menganalisis pikiran manusia.", jawab Kuk Yeong Su.
Song Ha Yeong tidak menyatakan tertarik. Namun Kuk Yeong Su tidak menyerah dan memberinya sebuah buku tentang analisis pelaku kriminal.
Karena tidak ditemukan bukti baru, Bang Gi Hun tetap diproses sebagai tersangka dan terdakwa kasus pembunuhan Choi Hwa Yun. Bang Gi Hun pun diputuskan bersalah oleh pengadilan. Dan dihukum 12 tahun penjara. Kasus ini pun ditutup!
Agustus 1999
Suatu malam, seorang pemuda pengantar makanan kembali ke restorannya. Pemuda itu tampak disukai bosnya, bernama Kang Mu. Menurutnya Kang Mu anak yang baik berbakti pada neneknya dan sopan. Namun rupanya Kang Mu hanya ramah di depan orang. Pulang dari restoran dia memakai topi merahnya dan menunggu dalam kegelapan. Dia melihat seorang wanita seorang diri lewat, lalu mengikutinya. Kang Mu mengamati wabita itu masuk dan mematikan lampu. Saat semua hening, Kang Mu memanjat pagar, membuka kunci dan masuk ke rumah itu. Dari arah yang tak disangka wanita itu, kangmu langsung menyergap mencekiknya sampai tak berdaya.
Pagi-pagi sekali, wanita itu telah kehilangan nyawa, tanpa busana. Song Ha Yeong beserta tim kepolisian mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi membunyikan sirine.
(bersambung...)
Epilog episode 1
Diceritakan tentang Song Ha Yeong kecil, yang menjalani terapi dengan seorang ahli, setelah dia tenggelam di danau.
Ketika ditanya Song Ha Yeong kecil sedang menggambar. Dia menggambar mayat wanita yang dia lihat melayang di danau yang tampak sedih.
Dokter bertanya, "Mengapa ia sedih?"
Ha Yeong menjawab,
"Apa Anda tahu betapa menakutkan di dalam air itu? Dia pasti sangat ketakutan dan sedih."
Dokter berkata Ibu Ha Yeong bahwa Diamnya Ha Yeong bukan karena tidak punya perasaan, tetapi karena terlalu banyak perasaan yang dirasakannya. Ha Yeong bahkan bisa menyelami perasaan orang lain, meski masih anak-anak. Karena dia merasakan gap antara perasaannya dan tanggapan orang lain, dia jadi cenderung menekan perasaannya.
Ha Yeong pulang sekolah, bajunya basah kuyup. Ibunya berkata ke mana payungnya. Ha Yeong mengajak ibunya keluar rumah. Ibunya melihat payungnya dipakai untuk melindungi mayat kucing mati. Ibunya tak menyangka, lalu ia teringat ucapan dokter bahwa Ha Yeong anak yang menekan perasaannya. Dia berjanji pada Ha Yeong untuk menguburkan kucing itu, lalu memeluk Ha Yeong. Ha Yeong akhirnya bisa menangis sepuasnya di pelukan sang ibu.
- Epilog selesai -
Gimana Fams? Seru?
Akhirnya bsa baca lagi �� bru sempet baca gra2 ksibukan dunia nyata, mskh teh
ReplyDelete