buat bideok, episode 57 ini harus ditonton!
Semua terlihat terkejut mendengar keputusan Ratu untuk menugaskan kembali Kim Yu Shin. Termasuk Bidam yang terlihat kecewa dan frustasi.
Yushin menerima tugas Ratu tetapi bertanya-tanya karena dia masih seorang kriminal. Kim Chun Chu berkata bahwa Bok ya Hoe telah bubar.
Pasukan Wolya datang ke istana menghadap Ratu dan menyatakan kesetiannya。Wolya menyerahkan list nama anggota bo kya hoe. Para pejabat menyangsikan kesetiaan Bo kya hoe. Ratu menjelaskan bahwa dia telah memusnahkan daftar orang-orang Gaya. Ratu menjamin bahwa tidak ada orang Gaya lagi semua akan menjadi rakyat Shilla。Ratu juga memusnahkan list anggota Bok Ya Hoe.
Bidam menemui Yushin. Mereka membicarakan kecepatan pergerakan pasukan musuh yang rasanya mustahil.. Menurut Bidam itu tidak bisa dicapai tanpa sayap di kudanya. Bidam memberi tahu Yushin bahwa tidak mungkin ada kejadian yang mustahil seperti itu.
Yushin heran mengapa Bidam memberitahunya. Bukankah Bidam ingin melihatnya kalah?
“Kamu harus menang”, ujar Bidam. “Demi paduka dan Negeri Suci kita”
Bidam meminta ratu untuk mencari tempat persembunyian demi keselamatan ratu dan keluarga kerajaan. Bidam menganggap Negara dalam keadaan darurat ratu harus mengungsi sebelum terlambat. Biar Bidam dan SaryangBu yang mempertahankan Sorabol.
Ratu tidak mau meninggalkan istana Sorabol. Paduka menyuruh Chunchu pergi mengungsi ke tempat rahasia. Seandainya Sorabol ditaklukan ChunChu lah yang harus memimpin penyerangan. Ratu ingin tetap tinggal di istana bersama Bidam.
Dam untu
Ratu memanggil Bidam. Bidam mengutarakan rencana pengungsian Ratu ke tempat rahasia. Ratu menyuruh Bidam hanya mengungsikan Chunchu. Andai terjadi sesuatu terhadap Sorabol Bidam harus membantu Chunchu memimpin perang.
Bidam berkata bahwa dia bukan Kim Yu Shin dia tidak bisa membagi antara Chunchu dan Paduka..
“Apa Yang Mulia tidak mempercayai saya?, desak Bidam.
“Bukan begitu”
“Jika begitu kenapa Yang Mulia tidak menatapku?. Sayalah orang yang tega membawa ibuku kepada kematiannya, hanya untuk Paduka, Yang Mulia.”
“Jadi kamu membenciku?”, kata Deokman.
Bidam kecewa.
“Paduka telah berubah. Dulu pertama kali bertemu ketika aku menukar Yang Mulia dengan obat. Selanjutnya Yang Mulia mengucapkan terimakasih…terimakasih…padaku. Apapun alasannya itu kata pertama yang pernah aku terima, padahal orang lain biasa mengutukku. Ketika orang-orang menganggapku tidak sopan, Yang Mulia menganggapku berani. Ketika dunia menganggapku licik, Yang Mulia menganggap itu taktik yang jitu.
Di hari kematian ibuku Yang Mulia tidak memarahiku ketika aku terlihat menyesal..Yang Mulia malah menyentuhku dengan lembut.”
“Hentikan..hentikan!”. Deokman tidak sanggup mendengarnya.
“Tapi mengapa?”,, desak Bidam. Mengapa Yang Mulia sekarang menganggap ketulusan saya sebagai taktik dan kesungguhan saya sebagai keinginan untuk mengambil alih Sorabol?”l
“Ketulusanku…Apakah yang mulia tidak bisa melihatnya lagi?”, Bidam menahan tangis dan pergi.
Deokman mengingat kembali saat-saat awal bertemu Bidam. Dia ingat beberapakali Bidam telah menyelamatkan nyawanya. Dan mengingat dia pernah mengalami saat-saat yang manis bersama Bidam.
Yushin memimpin di medan peperangan. Mereka membahas tentang rahasia kecepatan pasukan khusus lawan dan menjajal kekuatannya. Akhirnya mereka Yushin berhasil memecahkan rahasia itu.
Bidam menemui Ratu dan menanyakan apa ratu telah berubah pikiran dan bersedia mengungsi?
Tapi deokman bercerita hal yang lain. Di mulai dari saat dirinya diketahui sebagai putri , dia dikejar, ingin dibunuh, tapi juga ada yang berusaha melindunginya. Orang yang melindunginya pun ada yang mati tepat di depannya. Orang-orang yang tersisa semua berlutut dan berbicara dengan sopan kepadanya.
“Suatu hari kamu muncul, kamu. tak tau kenapa berbicara kepadaku bahasa yang biasa. Saya pun membiarkannya sampai suatu saat. Dengan demikian saya bisa merasa menjadi diri saya yang dahulu”
“Bahkan sesampai kita di istana pun kamu memegang tanganku dengan penuh perhatian, menyentuhku dan membuatku nyaman. Saat melihatmu saya merasa seperti diri saya yang dulu”.
“Tapi apa yang terjadi sekarang”, tanya Bidam.
“Itu terjadi saat saya kehilangan nama. Putra mahkota, putri, bahkan preman jalanan pun mempunyai nama. Tapi saya hanya Paduka yang Mulia. Tidak ada yang bisa memanggil namaku.
“Saya akan memanggil namamu Yang Mulia.”
“Bahkan walau kau memanggil namaku dengan cinta, dunia akan memanggilmu penghianat”
“Dan mengapa saya berubah? Pada momen saya kehilangan nama, kamu pun harus menjadi salah satu dari orang-orangku yang bersaing untuk mendapat kedudukan. Dan saya pun harus menyelidiki dan mengawasimu, agar kamu tidak menjadi seperti Mishil. Walau bagaimanapun saya ingin percaya padamu saya harus curiga kepadamu.
Tapi taukah kamu betapa hal itu sulit bagiku. Saya begitu ingin percaya padamu dan bergantung padamu”
Doekman menangis. Bidam meraih lengan deokman dan memegangi tangannya.
Deokman menyusul Bidam yang sedang berdoa di altar Mishil. Deokman mengakui bahwa dia membutuhkan Bidam. Dia butuh seseorang yang memarahinya dan memperhatikannya. Seseorang yang memandangnya, menyentuhnya dan memegang tangannya yang gemetar.
Deokman merasa dia sudah berusaha menekan dan menghalangi perasaannya karena katanya seorang Ratu tidak patut punya perasaan seperti itu.
“Hanya kamu satu-satunya yang memandang saya sebagai seorang manusia sebagai seorang wanita dan saya menyukainya. Apakah boleh saya menyukai itu?”
Bidam memeluk Deokman dengan kasih sayang.
Ratu mengambil keputusan dalam keadaan darurat. Sehubungan ratu akan bertahan di Sorabol bersama Bidam, ratu mempromosikan Bidam menjadi Sangdeudeung (kepala para bangsawan) dan memerintahkan para bangsawan yang masih mempunyai pasukan agar menyerahkan pasukannya kepada Bidam.
Kim Chun Chu tidak senang. Dia tidak mau ratu percaya pada Bidam. (siapa sebenernya yang dikhawatirkan Chun Chu, ratu atau dirinya sendiri?)
Bidam berdoa di altar Mishil ibunya. Dia berkata bahwa ibu tidak perlu khawatir tentang dia akan memiliki Negara untuk memiliki seseorang. Jalan menuju tahta dan cita-cita mengukir nama dalam sejarah tidak sebanding dengan air mata Deokman.
“Aku akan menjemputnya bukan memiliki dia, akan melepaskan semuanya dan aku akan menemaninya.”
No comments:
Post a Comment
Silakan tulis komennya di sini ya...