(Akhirnya setelah menenangkan diri beberapa hari, baru berani nulis QSD lagi. ini edisi lengkappp)
Bidam terkejut sekaligus tak mau mempercayai pernyataan mata-mata itu. Dan tak sanggup menerima bahwa itu mata-mata ratu.
Bidam teringat kata-kata chunchu “Apa benar yang mulia ingin membagi cintanya denganmu?”. Bidam yang sedang galau jadi gamang.
Dia teringat Yang Mulia menyuruhnya pergi. (Bidam nunggu deokman lebih dari 15 tahun dan ketika mau nikah eh disuruh pergi., eh sekarang malah mau dibunuh) Tapi Yang Mulia pernah berkata ingin Bidam percaya padanya. Bidam tak sanggup mencerna ini semua. Dia berteriak sekencang-kencangnya
“Aaaaaaaaa…!”
Yeom Jong berniat menghilangkan kepercayaan Bidam kepada Yang Mulia agar bisa menarik Bidam ke sisi mereka kembali.
Yeom Jong memanas-manasi Bidam.
“Yang Mu…Yang Mulia..mencoba membunuhmu!”, hasut Yeom Jong.
Bidam sempat marah dan mengarahkan pedangnya ke leher Yeom Jong.
“Harusnya aku membunuhmu sejak dulu.”
Tapi Yeom Jong tertawa. Dia pura-pura menertawakan nasib Bidam.
“Kamu lagi-lagi diabaikan. Kamu mengkhianati kita, dan sekarang Yang Mulia mengabaikan kamu!”, hasut Yeom Jung
Bidam terduduk lemas, jiwanya terguncang. Yeom Jong mencoba membujuk Bidam untuk bergabung dengan mereka. “Bukankah kamu ingin menjadi Raja”, rayu Yeom Jong. Bidam menghindar dia pergi dengan tubuh lunglai.
Kelompok Bidam cemas mereka menunggu Yeom Jong dan Bidam. Mereka membutuhkan Bidam.
Bidam menyandarkan tubuhnya ke sebatang pohon dan terduduk lemas. Dia teringat saat Deokman menolaknya. “Mencintai juga berarti mempertaruhkan semuanya untuk orang yang dicintai. Tapi aku sudah terlanjur memberikan semuanya untuk negeri, jadi tidak ada tempat untuk cinta seseorang. Apa ini salah?”
Juga teringat saat Deokman bersamanya di saat kematian ibunya. “Paling tidak kamu harusnya menceritakannya kepadaku”, kata deokman “Tapi apakah berguna jika ku mengatakannya?. Aku paling tidak mau menjadi tak berguna bagimu”, jawab Bidam dulu
Bidam meraih cincin pemberian ratu. Dia melihatnya dan menggenggam kuat cincin itu penuh perasaan.
Ratu menulis surat.
Bahwa ini akan jadi tugasnya yang terakhir.
“Setelah semua ini selesai saya akan turun tahta dan pergi ke Chun Ah Gun. Jadi, buatlah sebuah rumah kecil di sana, dan tunggulah aku. Walaupun hanya sejenak, saya berkeinginan menghabiskan hidup bersamamu. Deokman.”
Deokman menyerahkan surat itu kepada Juk bang. Dia minta Jukbang ke Chun Ah Gun dan memintanya harus memberikan surat itu kepada Bidam.
(Bidaaam dia ga pengen bunuh kamu…Deokman akhirnya pengen hidup sama kamuuuu…)
Bidam masih duduk di bawah pohon.
“Kalau memang tahta itu begitu membebanimu sehingga kamu harus mengabaikanku dan malah membunuhku, maka aku akan menurunkan apa yang menjadi bebanmu.” (menurunkan tahta maksudnya? Menurunkan kekasih dari tahta demi cinta? )
Kubu Bidam bertanya keberadaan Bidam pada Yeom Jong.
Tiba-tiba Bidam yang telah berpakaian rapi datang dengan percaya diri. (cakep deh)
Bidam memimpin kelompoknya. Dia berkata dia tidak akan menarik pasukannya. Justru dia akan menuju Sorabol. Bidam mengambil pelajaran dari pemberontakan Mishil dahulu. Bahwa jika ingin tuntutan dianggap sah maka harus berada di Sorabol.
“Kita akan meyingkirkan ratu dan saya akan menjadi raja”, ujar Bidam.
Faksi mendukungnya。Bidam memerintahkan pasukannya siap-siap. Karena mereka akan bergerak sebelum fajar.
Di kamp pemberontak Bidam membuat siasatnya (Bidam gagah deh pake baju perang). Dia memerintahkan pasukan Hojae bergerak menuju Yeodo (jalan menuju Benteng Wol istana ratu) dan memerintahkan pasukan Piltan bersembunyi di dekat Benteng MyungHwal.
Ratu memerintahkan dengan daya upaya untuk mencegah pasukan masuk ke Wolseong (Benteng Wol), Sorabol. Ratu memerintahkan Yushin menuju Yeodo.
Bidam menyuruh pasukan Bojong dan Bangsawan Jujin membantu Hojae di Yeodo, tetapi mereka harus cepat mundur jika diperintahkan.
Kim Seoh Yeon panik bahwa lawan mengerahkan kekuatan penuh ke Yeodo.Dia memerintahkan pasukan dari gunung Nan dan wilayah lain membantu Yushin.
Bidam menyuruh pasukan Piltan beraksi di benteng MyungHwal dan memerintahkan pasukan Bojong, Jujin dan Hojae mundur ke gunung Nan.
Baik pihak Bidam atau pihak ratu tidak ada yang menyangka bahwa Bidam sebenarnya tidak mengincar Wolseong melainkan benteng MyungHwal di gunung Nan.
Pasukan Bidam berhasil masuk dan menguasai Benteng MyungHwal dengan mudah karena benteng tersebut kosong. Sekarang di ibukota ada 2 kekuatan besar saling berhadapan. Jarak benteng Myunghwal ke istana adalah 15 menit dengan pasukan berkuda.
Misaenglah yang bisa menebak bahwa rencana Bidam selanjutnya adalah menyebarkan berita tentang keberadaan pasukan mereka dan membuat rumor agar para bangsawan dan rakyat mulai ragu akan kewenangan dan kemampuan ratu.
Alcheon mendapat laporan bahwa ada satu orang anggota pengawal istana yang hilang Heunsuk dan gerak geriknya sebelumnya mencurigakan.
Jukbang berada di Chun ah Gun dan heran mengapa Sangdaedeung belum tiba di tempat itu. Santak mengiyakan dan bermaksud mengambil surat itu. Tapi ratun berpesan, Jukbang harus memberikannya langsung pada Bidam.
Bidam memberitahukan bahwa di pihaknya ada Bangsawan Seulbu, Jujin, Hojae, dan dengan dirinya Perdana Mentri total ada 7 dari 10 anggota dewan istana yang berpihak padanya. Bidam bermaksud mengundang mereka untuk mengadakan rapat dewan istana.
Malam itu Bidam mengenggam cincin deokman dan memikirkan sesuatu.
Dewan istana pimpinan Sangdaedeung menetapkan penurunan ratu dari tahta dan mengeluarkan pernyataan.
“Menimbang bahwa selama ini Ratu telah gagal mempertahankan tanah warisan raja Jin Heung. Dan seringnya negeri kita diserang oleh Baekje dan Koguryo bahkan benteng Daeya telah jatuh ke tangan musuh. Utusan Tang pun meredahkan penguasa kita karena seorang perempuan. Pesan keramat di perahu Raja Ashok pun telah menunjukkan ratu akan segara turun dan digantikan oleh raja baru. Bukankah ini semua pertanda dari surga. Kami menetapkan untuk menurunkan ratu. Dan ratu agar meletakkah jabatan-jabatan pemerintahannya. Dewan Istana Perdana Menteri Bidam.
Jukbang dan Santak membaca pengumuman tentang penurunan ratu.
Jukbang nekad ingin pergi ke benteng Myunghwal menemui Bidam. Dengan bantuan Santak, Jukbang berhasil menemui Bidam dan menyerahkan surat dari ratu.
Bidam membacanya cepat kemudian meremasnya dengan marah. Bidam tidak percaya bahwa ratu mengirim Jukbang. Bidam mengira ini trik dari Chunchu karena Jukbang melayani Chunchu. Jukbang meyakinkan bahwa ratu betul menulis surat itu sendiri. Bahwa hal yang salah sebenarnya telah terjadi. Santak juga mengiyakan bahwa Jukbang dari tadi malam menunggu Perdana Mentri di Chun Ah Gun semalaman. Dan bertaruh nyawa untuk menyampaikan surat ini.
Bidam membaca ulang dan nyaris tersentuh tapi kemudian dia tertawa. Dia berkata dia tidak akan tertipu lagi.
“Katakan pada Chunchu dan Yang Mulia, bahwa Bidam hidup. Bahwa orang yang begitu ingin mereka bunuh masih hidup!”
Bidam menemui Santak secara pribadi. Dia menyuruh Santak menyelidiki pengawal istana Heunsuk yang nyaris membunuhnya.
Mata-mata Yeom Jong mendengar perintah Bidam. Yeom Jong mulai bergerak.
Di istana ratu dan keluarga istana membaca ketetapan dari Dewan Istana. Ratu menganggap ketetapan ini tidak sah jika tidak dihadiri Perdana Mentri. ChunChu bicara bagaimana jika memang benar Bidam ada di sana (Deokman masih berharap Bidam ada di Chun Ah Gun).
Istana dikirimi seorang mayat di atas kuda. Mayat itu adalah pengawal istana Heunsuk yang hilang (mata-mata yang coba bunuh Bidam). Di leher mayat tersebut tergantung seuntai cincin. Cincin ratu yang diberikan kepada Bidam.
“Ini benar Bidam…”
Ratu menggenggam cincin dengan kuat cincin itu. Para keluarga mendesak agar Yang Mulia mengeluarkan keputusan sehubungan dengan ketetapan dewan istana yang telah mengguncang negeri.
Akhirnya ratu memutuskan memecat Bidam dari jabatan Perdana Menteri dan menganggapnya musuh Negara. Rakyat di segala penjuru diminta untuk membunuh para pengkhianat dimana pun mereka berada.
Deokman meminta Alcheon diam-diam menyelidiki tentang Heunsuk pengawal istana yang terbunuh.
(Kenapa ya DM dan Bidam memutuskan dulu, baru menyelidiki. Harga diri dan jabatan lebih mendominasi keputusan mereka. Kasian mereka)
Alcheon mendatangi rumah Heunsuk, tapi keluarga mereka baru saja dibantai. Seorang wanita yang lolos dari maut menyebut nama YeomJong. Santak juga mendengarnya. Santak bergegas pergi.
Jukbang datang melapor kepada Ratu. Jukbang menganggap telah terjadi kesalahpahaman. Bidam beranggapan Ratu telah mengirim orang untuk membunuhnya. Alcheon datang dan melaporkan tentang Yeom Jong. Jukbang berkata bahwa selama ini YeomJong lah yang mengadu domba Bidam dan Deokman. Jukbang bertanya mengapa Yang Mulia tidak membatalkan keputusannya.
Deokman menyayangkan mengapa Bidam tidak mengkonfirmasi dulu hal ini kepadanya. (sayangnya Bidam waktu itu lagi galau)
“Mengapa kepercayaan antara mereka begitu rapuh. Sekarang ini tidak ada yang bisa kulakukan untuk Bidam” (ooh…no!)
Deokman tiba-tiba merasakan sakit di dadanya (kena serangan jantung, karena si jantung hati…)
Bidam merasa tidak tenang. Dia tak sabar menantikan kedatangan Santak. Dia membuka lagi surat ratu yang telah diremasnya. Hatinya mulai trenyuh. Dia berteriak menanyakan Santak.
Dukungan bangsawan kepada Bidam mengalir.
Yushin menemui Ratu melaporkan situasi terakhir. Yushin mendengar tentang Yeom Jong dan bersimpati akan kesalapahaman ini.
“Kadang kesalahpahaman muncul karena ketidaksengajaan. Dan kadang sejarah tercatat karena ketidaksengajaan.
Deokman lalu curhat.
“Apa benar aku memanfaatkan Perdana Mentri untuk mengambil pasukan dari para bangsawan. Apa benar aku menikahi Bidam untuk menyingkirkan mereka. Tapi impian terakhirku untuk mundur dari tahta dan hidup bersamanya adalah tulus...”
Bidam keluar mencari Santak. Tapi dia bertemu YeomJong. Dia berkata pada Yeomjong jika bertemu Santak tolong bawa dia kepadanya.
Seorang kurir datang menemui Perdana Mentri Bidam dan membawa kertas pengumuman. Bidam membacanya kemudian melemparnya dengan marah.
“Bidam telah dipecat dari Perdana Mentri dan dinyatakan sebagai musuh Negara. Semua rakyat diminta menumpas pemberontak dan membunuh Bidam”
Bidam marah. “Ini kah Yang Mulia yang menginginkan menghabiskan saat terakhirnya denganku!”
(lagi-lagi salah paham ).
Yeom Jong berkata bahwa semua pasukan telah berkumpul.
Ratu mendapat laporan bahwa rakyat secara sukarela datang berkumpul ke istana untuk melindungi ratu. Ratu datang menemui rakyatnya.
Bidam datang menemui para pengikut/pasukannya.
Bidam berpidato
“Bahwa Negara sekarang sedang menangis. Karena ratu yang tidak kompeten. Negara kita telah dijajah dan kita kehilangan.Kita harus membangun negeri suci kita yang baru.
Deokman di istana juga berpidato
“Negara kita sedang dalam bahaya. Karena para bangsawan yang tidak mau mengalah rakyat jadi kehilangan. Kita harus menumpas pemberontak untuk kebesaran negeri kita”
QSD Ep.60 QSD Ep.62 (Final)
No comments:
Post a Comment
Silakan tulis komennya di sini ya...