December 29, 2009

Queen Seon Deok episode 62 (Final episode)

Episode Akhir
Deokman di atas podium menyemangati rakyatnya. Wajahnya mulai berkeringat. Alcheon melihatnya. Deokman turun dari podium Alcheon melihatnya kepayahan. Dia memegang lengan ratu. Dia meminta maaf dan minta ijin menuntun Yang Mulia. Ratu  keberatantidak mau orang-orang melihatnya dan berusaha terus berjalan sendiri.

Tapi belum sampai ke ruangan Ratu terjatuh alcheon datang.
Rakyat memperhatikan bintang yang bergetar tidak lazim, Tak lama kemudian bintang itu jatuh.
Ratu merasakan serangan jantung rombongan ratu datang menghampiri. Alcheon memanggil tandu.

Di Benteng Myunghwal orang-orang melihat bintang jatuh ke arah benteng Wol. Bidam berpidato
"Itulah tanda dari langit akan datangnya Negeri Baru". Semua bersorak untuk Bidam.
Bidam berkata dalam hati “Aku akan menjadi negeri suci dan saya akan memilikimu Deokman”

Ratu diperiksa oleh tabib kerajaan, Alcheon mendampinginya. Tabib prihatin kondisi Yang Mulia yang makin parah. Yushin menengoknya
Deokman bercerita, dulu waktu dia baru datang dari gurun dia bermimpi. Dia mencari cari Munno, kemudia ada seorang wanita yang tiba2 memeluknya. Wanita itu bersimbah air mata. “Setelah sekian tahun aku tadi malam memimpikan hal itu lagi”
Yushin bertanya siapa wanita itu. Ratu menjawab saya tidak tahu.
Ratu memberi ijin Kim Yu Shin untuk menjalankan strateginya. Ratu memerintahkan laksanakan rencana itu malam ini.

Yushin terkejut mendengar tentang penyakit Yang Mulia dari Alcheon. Yushin kembali menengok Deokman yang tengah tertidur gelisah. Dia prihatin. Yushin ingat kata-kata Deokman bahwa dia ingin menghabiskan hidupnya dengan Bidam. Yushin merasa kasian terhadap Deokman (karena sepertinya tidak mungkin ya..pasukannya berencana menghabisi bidam ya…?)

Yushin mengadakan rapat dengan timnya (semua mantan hwarang hampir semua bawahan yushin). Yushin berniat menyerang benteng lawan dari 4 penjuru sekaligus.
“Apa di satu sisi penyerangan tipuan?”, kata seorang komandan pasukan
“Bukan ini penyerangan sebenarnya dan serentak dari 4 penjuru”, tegas Yushin. Mereka mencari cara untuk membuat sinyal militer yang bisa mecakup 4 penjuru tanpa disadari oleh musuh.
"Kita akan membuat bintang  yang turun  kembali naik ke langit!"
Yushin memutuskan akan menggunakan tipuan menaikkan lagi bintang yang kemarin jatuh di langit.

Bidam menyadari bahwa Yushin bermaksud menyerangnya secepat mungkin untuk mencegah semakin banyaknya para bangsawan yang bergabung dengan Bidam. Bidam berkata kita berusaha bertahan hingga besok atau selama 1-2 hari lagi sampai bala bantuan tambahannya datang.

Yushin bertindak malam itu juga. Dia mulai dengan sarangan pancingan dari luar benteng di barat dan timur. Tapi Bidam tidak terpancing, dia menyuruh pasukannya terus bertahan di dalam. Tiba-tiba ada kehebohan di pasukan Bidam, mereka terpana menyaksikan hal aneh di langit. Ada bintang yang seolah-olah menaiki posisinya lagi di langit. Hanya Misaeng yang tau bahwa itu trik dengan layang-layang. Bidam menyadari bahwa itu sinyal militer. Tapi sepertinya Bidam tidak punya waktu banyak.

Saat para penjaga semuanya terpana melihat tipuan bintang naik, Pasukan Alcheon dengan mudah menaklukan gerbang selatan. Begitu juga dengan gerbang timur. Santak berhasil masuk ke benteng Myunghwal dengan menyamar menjadi tentara Alcheon.

Bidam memerintahkan pasukannya menahan serangan di selatan dan timur dan coba memancing para pasukan di pintu barat. Bidam berkata bahwa dia akan memimpin sendiri pertempuran ini.
Pada saat genting Santak muncul. Bidam lega.. Santak membisikkan laporannya kepada Bidam. Bidam goyah, dia telah salah sangka terhadap Deokman. (berita gembira tapi mungkin saatnya ga tepat)
Para bangsawan dan Yeom Jong jadi panik dan berencana melarikan diri lewat gerbang utara dan menuju ke arah pasukan bantuan. Bidam memergoki Yeom Jong. Dia berkata tentang Heuksan.
“Oh jadi kamu sudah tau”, kata Yeomjong. Yeomjong berkata dia tahu Bidam bisa memaklumi semua itu. Bukan salahnya jika Munno terbunuh dan bukan salahnya pula jika Bidam memberontak. “Bukankah kamu juga menginginkan menjadi raja?”
“Itu bukan Aku..”, bantah Bidam gemetar.
“Oh jadi semua itu karena cinta?”. Apa jika kau mendapatkan cintamu, kamu juga tidak akan memberontak? Bukankah kamu selalu merasa tidak tenang bahwa suatu saat Yang Mulia akan meninggalkanmu.
(Yeom Jong kali ini benar, Bidam karena dari kecil diabaikan dan tidak mendapatkan cinta, dia selalu merasa insecure)
Bidam terduduk lemas. YeomJong mencoba pergi. Tapi Bidam tiba-tiba menusuknya dengan pedang.

Misaeng datang tergopoh gopoh mengajak Bidam pergi. Dia melihat YeomJong tak bernyawa. Dia mulai sadar yang terjadi. Dia kecewa terhadap Bidam. Dia merasa salah sangka. Misaeng tadinya berpikir Bidam akan seperti kakaknya Mishil. Dan Misaeng merasa kakaknya pun telah salah menilai Bidam.
“Bidam, kamulah telah menghancurkan dirimu sendiri”
“Mengapa tak ada yang mengatakan hal ini kepadaku?”
“Saya, Seolwon dan semua orang telah mengatakannya, tetapi kamu tidak menyadarinya”
Misaeng menangis. Dia merasakan kehancuran keluarganya telah dekat.

Yushin dan pasukannya berhasil masuk dan menguasai benteng dengan cepat (ga ada perlawanan dari Bidam sih). Mereka menangkap Lord Jujin, Hojae dan bangsawan lainnya. Tetapi mereka kehilangan Misaeng, Hajong, Bojong dan Bidam.

Ratu datang ke kamp militer melihat keadaan. Yushin bertanya
“Jika Bidam tertangkap apa yang akan Yang Mulia lakukan”, Yushin mencoba empati.
“Apa kamu tidak percaya padaku? Aku telah memberikan perintah kerajaan untuk membunuh Bidam”, Deokman berusaha tegas dan tegar.

Dalam keadaan terjepit. Misaeng dan Hajong melarikan diri ke makam Mishil. Hajong berkata apa Misaeng tidak menyesali ini semua. Misaeng merasa harusnya ia tidak menyesal karena dia memiliki 100 anak dan pernah mengencani banyak wanita. Dia juga selalu menggunakan akal dan bakatnya selama ini. Hajong berkata dia memang iri pada Misaeng. Akhirnya pasukan Yushin datang menangkap mereka.

Bidam sedang berjalan diiringi Santak. (style rambut Bidam jadi beda, keren juga)
“Ini jalan ke arah kamp ratu. Sang Daedeung bisa tertangkap.” Santak mengoreksi.
Santak mengajak Bidam melarikan diri. Bidam menolak dan menyuruh Santak pergi melarikan diri sejauh mungkin.
“Jangan gunakan pedang lagi. Pergilah. Hiduplah dengan cangkul dan sabit”
Bidam memberikan benda miliknya kepada Santak.
(perpisahan mereka bikin trenyuh. Cuma santak yang setia dan bisa dipercaya sama Bidam saat ini. Santak emang selalu setia sama majikannya. Dulu dia bawahan sekbum dia juga setia sama Sekpum sampai mati).
“Tapi apa sebenernya maksud Sang Daedeung pergi kesana”, Santak cemas mencoba membujuk.
“Ada sesuatu yang akan kukatakan pada Yang Mulia, yang dulu belum kukatakan”
Bidam pergi. Santak melakukan penghormatan terakhir.
Santak berbalik. Tiba-tiba sebuah panah mengenainya. Santak berteriak “SangDaedeung lari…!”. Santak terkena beberapa panah dan meninggal.

Bidam kaget dan berbalik. Komandan pasukan meminta Bidam menyerahkan diri. Bidam siap bertarung.
“Ayo maju. Siapa yang bisa menjatuhkanku akan tercatat dalam sejarah!”
(Bidam beraksi lagi...keren)
Bidam terus bertarung sampai ke benteng lawan. Alcheon lapor pada Ratu. Bahwa benar Bidam muncul dari belantara di dekat gerbang.
“Apa kamu sudah menangkapnya?”, tanya Yushin.
“Dia tidak mau ditangkap dia malah bertarung sengit”
Yushin dan ratu keluar.
Bidam dengan berani melawan banyak pasukan seorang diri.
Dia mengikatkan pedang pada tangannya dan melawan pasukan-pasukan(udah siap bertempur terus sampai mati kayaknya).
Yushin menghampiri Bidam.
“Bidam, semua sudah berakhir. Ikutlah denganku”, Yushin membujuk halus meminta Bidam menyerah. “Berhentilah membunuh lebih banyak orang lagi”

Bidam seperti melihat Deokman di kejauhan. “Apakah itu Yang Mulia?. Yang Muliakah yang jauh disana?", Bidam mengabaikan kata-kata Yushin dan malah bertanya
“Bidam, sudahlah... cukup.”, sahut Yushin.
Bidam memikirkan sesuatu dan tiba2 berkata.
“Yushin, selama ini kita belum pernah bertarung secara fair”, kata Bidam (terakhir kali yang di Bijae pertarungan pura-pura)
Bidam menyiapkan pedangnya. Yushin pun mencabut pedangnya siap melayani Bidam. Tetapi Bidam ternyata kabur, membunuh pasukan dan menuju ke arah Deokman. Yushin tak menyangka Bidam pergi menjauh.
“Hentikan Dia, hentikan Dia!”, Yushin panik.
Bidam berkata dalam hati “Yushin kamu sudah memenangkan segalanya. Jadi tidak perlu ada pertarungan lagi. Aku ingin mengatakan sesuatu pada Deokman”
Bidam berhasil melewati banyak pasukan dengan sedikit luka saja.
Bidam melihat Deokman dari jauh dan menghitung jarak.
“Sampai ke Deokman…70 langkah lagi...”
Deokman berkaca-kaca menyaksikan Bidam seorang diri melawan pasukan-pasukannya.
Tiba-tiba pasukan pemanah datang. Mereka berniat melindungi Yang Mulia (duh aku mulai lemes deh…pasukan pemanah Gaya khan tambah hebat andalan Shilla)
Pasukan panah menghujani Bidam dengan panah. Bidam berusaha menghindar. Tapi 3 anak panah berhasil menembus tubuh Bidam.
Deokman menutup mata tak tega. (aku juga...)
Bidam terluka parah, dari mulutnya mengeluarkan darah. Bidam berusaha bangkit.
Dia melihat ke arah Deokman. “Sampai ke Deokman… 30 langkah lagi...”

Kali ini komandan-komandan pasukan serentak melawan Bidam. Dalam keadaan terluka parah Bidam berusaha tetap melawan. Deokman menangis.
Walau terkena pedang dan semakin bersimbah darah, Bidam terus maju.
Deokman berlinang air mata.Tapi dia tidak kuasa berbuat apa-apa. Bidam kembali menghitung jarak.
“Sampai ke Deokman…10 langkah”
Akhirnya Alcheon yang mencoba menghadang Bidam. Pedangnya berhasil telak mengenai Bidam . Yushin juga datang Dia melukai Bidam dengan pedangnya. Bidam masih berdiri sempoyongan. Dia mendekati Yushin dan ingin terus maju. Yushin menggelengkan kepalanya. ( Yushin , Bidam Cuma mau ngomong sesuatu sama Deokman bolehin aja! Dia udah ga berbahaya!)
Tapi Bidam berusaha melangkah lagi. (5 langkah lagi...).
Yushin akhirnya menghunuskan pedangnya ke perut Bidam untuk menghentikannya. (Aaahhh).
Alcheon memandangnya dengan iba.
Air mata Deokman terus mengalir.
Bidam mulai roboh ke tubuh Yushin. Tangannya menggapai–gapai ke arah Deokman. Dia berkata sesuatu tapi Deokman tak bisa mendengarnya.
Bidam jatuh tergeletak ke tanah dan tangannya kemudian tak bergerak lagi.

Ratu maju mendekat. Yushin dan Alcheon berlutut memberi hormat, tanda Ratu sudah berhasil menang. Dengan air mata yang masih menempel. Ratu berusaha menyemangati dan memberikan penghargaan kepada pasukan dan pengikutnya.
Pengikutnya bersorak memuji Ratu. Tapi sebaliknya Deokman merasa sedih dan menderita. Dia melihat Bidam yang tergeletak di tanah tak bergerak. Tubuh Deokman tiba-tiba jatuh dan terbaring di tanah. Sambil terbaring Deokman memandang wajah Bidam dihadapannya (sama-sama terbaring berhadapan tapi Bidam udah ga bernyawa lagi huaaa..). Deokman tak sadarkan diri.

Deokman di peraduannya ditunggui oleh bibinya (Ibunda Yushin). Deokman akhirnya sadar setelah pingsan 3 hari 3 malam. Alcheon menengoknya, Ratu berkata bahwa selama ini Alcheon telah bekerja keras dan masih terus harus bekerja. Ratu meminta Alcheon menduduki jabatan Perdana Mentri/SangDaedeung yang kosong (denger kata jabatan PM kosong ko jadi sedih ya...Sangdaedeung Bidamnya...).
”Ini perintah, Kamu harus menerimanya”
Yushin datang menengok. Ratu berbicara dengan Yushin di kamarnya
Ratu bertanya, “Tuan Yushin, Saya melihat dengan jelas , Bidam mengatakan sesuatu dekat telingamu sebelum dia meninggal. Apa yang dia katakan?”
Yushin berusaha mengingat kejadian itu. “ Bidam condong ke tubuhnya, mencoba berbicara sambil melambai-lambaikan tangannya ke arah deokman. Samar-samar terdengar
“Deokman…deokmana…” (Bidam bertaruh nyawa cuma mau ngomong itu T-T)
“Saya tak berani yang mulia. Itu sesuatu yang tidak sopan.”, kata Yushin ragu
Kalimat apa yang dia katakan?
“Itu kata yang tidak patut terucap”
Tak apa-apa . Ini Perintah katakan saja.
“Deokmana…”, ucap Yushin
Air mata Deokman mulai mengalir.
Dia teringat saat berbincang bersama Bidam. (di episode 57)
“Sekarang tidak ada lagi yang bisa memanggil namaku”.
“Saya akan memanggil namamu Yang Mulia”,kata Bidam
“Kamu akan dianggap pengkhianat. Walau kamu memanggil namaku dengan penuh cinta, dunia tetap menganggapmu pengkhianat”
Deokman trenyuh dan menangis, tapi dia berusaha menghapus airmatanya di hadapan Yushin.
(paling tidak walau Bidam harus mati semua kesalahpahaman Deokman sama Bidam udah usai).

Ratu berkata dia ingin pergi keluar. Di mana dia bisa melihat langit dan bumi semuanya.
Ratu keluar. Dia duduk di tepi tebing memandang tempat yang luas. Yushin menemani dekat ratu.
“Sunyi sekali di sini” (sepertinya yang sunyi itu hatinya Deokman)
Ratu berkata bahwa semenjak dulu banyak orang yang telah meninggalkannya. Beberapa ada yang mendukung dia ada juga yang melawannya. Dari beberapa itu dia..dia mencintai saya…
“Dari banyaknya orang yang datang dan pergi setelahnya. Hanya kamu yang tetap tersisa bersamaku…
Banyak jalan sulit yang telah kita lewati. Kamu membantuku. Kita masih punya tugas besar negeri ini. Jika tidak kita yang mencapainya entah suatu saat apa tanah ini masih menjadi milik Silla? Kamu harus mencapainya!”
“Tuan Yushin, tentang mimpi saya itu. Saya sudah tau siapa wanita itu”
Siapa Yang Mulia?
Deokman tidak menjawab.
“Kamu ingat kejadian yang telah lampau bahwa kita bermaksud melarikan diri berdua? Apakah kamu sekarang mau melakukannya?”

Saya malu Yang Mulia.
Deokman menangis (mungkin deokman membenarkan kakaknya. Dia telah menukar tahta dengan kebahagiannya).
Deokman terkulai, tangannya yang memakai cincin tak bergerak lagi,


Ending
Deokman kecil sedang di Gyerim. Seorang wanita dewasa berbaju putih mendatanginya tiba-tiba memeluknya sambil menangis. Deokman kecil heran dan berusaha melepaskan diri. Wanita itu pergi. Deokman kecil juga pergi berlawanan arah. Wanita itu berbalik ke arah deokman kecil. Wanita itu Deokman. Deokman berkata kepada Deokman kecil dalam hati
“Deokmana…mulai saat ini hidupmu tidak mudah. Kamu akan kesepian. Kamu akan merasa lebih kering dari gurun dan akan sangat sangat merasa sunyi. Kamu terlihat memiliki segalanya padahal kamu tidak memiliki apa-apa. Tapi laluilah. Kamu harus kuat memikul semuanya, tahanlah semuanya!”


QSD ep. 61     QSD ep. 60     QSD ep. 59     QSD ep. 58

6 comments:

  1. sudah pasti bidam harus mati kalau jadian, kan melenceng jauh dari kisah nyatanya.

    ReplyDelete
  2. kasihan bidam dan deokman terpisahkan oleh penghianatan
    padahl mereka saling mencintai,,,
    sedih x :'(
    aku gk tega mereka t'pisah,,,,

    ReplyDelete
  3. tiba-tiba gara2 The great king's dream dan the faith aku jadi baca2 lagi deokman dan bidam...sediihhh...

    ReplyDelete
  4. Asli ni drama aku brkli2 nntn n bca sinopsis.a ttep nangis klo pas ending. Tpi aku sneng kok krn trbkti bideok sling mncintai. Deokman msih sngat mempercayai n mencintai bidam smpai akhir hayat.a, bhkan cincin couple (?) mrka msih deokman pegang smpai meninggal. N wlwpn bidam ngak meninggal deokman yg bkal menggal duluan krn pnyakit pru2 (gra2 diasapin wktu kcil). Trus rmlan yg bidam ucapin jga bnar klo dia akn meninggal 3 hri sebelum raja shilla meninggal (yg wktu konflik grhan2 itu loh). Jdi inti.a mdh2n mrka brstu d alam slnjut.a , asli ini my favorit couple. Klo ngak mti crta.a mngkin ngak seseru ini. Jdi inti.a ajib dah. XD

    ReplyDelete
  5. Hello! I simply wish to give an enormous thumbs up for the great information you might have
    right here on this post. I might be coming again to
    your weblog for more soon.

    Here is my weblog - google seo tips youtube

    ReplyDelete
  6. 19 April 2020

    "Hanya mereka yang bermimpi akan membuat rencana dan menemukan jalannya."

    Reski dan Harapan💞
    I promise..

    ReplyDelete

Silakan tulis komennya di sini ya...

Free Translation
Related Posts with Thumbnails